Kanker merupakan penyakit yang bisa menyerang berbagai organ tubuh, termasuk saluran cerna. Mulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus 12 jari, usus halus, usus besar, hingga anus dapat terserang sel – sel ganas itu. Pun demikian dengan organ yang terlibat dalam pencernaan makanan seperti hati, limpa, dan pankreas.
Diantara berbagai kanker saluran cerna, yang paling sering ditemui ialah kanker usus besar (kolon), hati, dan lambung. Di Indonesia, kanker kolon bahkan menempati urutan ketiga dalam daftar kasus kanker terbanyak setelah kanker payudara dan leher rahim.
” hampir setiap hari saya menerima pasien yang harus menjalani operasi pemotongan usus besar karena kanker,” ujar konsultan bedah digestif RS Dharmais dr Fajar Firsyada SpB – KBD, di Jakarta, Kemarin. Sayangnya, lanjut Fajar, meski kasusnya terbilang banyak, pengetahuan masyarakat akan kanker saluran cerna sepertinya belum memadai. Terbukti, sebagian besar kasus yang diperikasakan ke RS sudah dalam stadium lanjut, yakni stadium tiga atau empat ketika kanker sudah menyebar ke organ tubuh lain.
Lebih lanjut fajar menjelaskan sejumlah gejala kanker saluran cerna yang perlu diwaspadai. Untuk kanker hati, gejalanya antara lain penurunan berat badan, mual muntah, demam, kulit dan mata menguning, feses menghitam, kadang disertai ketegangan pada perut dan nyeri.
” untuk memastikannya, perlu pemerikasaan USG hati, kadar alfa fetoprotein di darah, dan biopsi jaringan hati,” jelas Fajar. Golongan berisiko kanker hati antara lain penderita hepatitis B dan C, pecandu alkohol, dan mereka yang punya riwayat keluarga penderita kanker hati. Kalangan tersebut disarankan melakukan pemerikasaan berkala demi mengantisipasi dan mendeteksi dini kanker hati. Kanker selanjutnya ialah kanker esofagus. Gejalanya antara lain, sulit menelan makanan padat ataupun cair, nyeri dada, feses menghitam, dan penurunan berat badan.
Adapun pada kanker lambung, gejalanya kadang sulit dikenali. Bisa saja penderita hanya merasakan ketidaknyamanan di perut seperti gejala maag. Namun bila kanker sudah mencapai tahap lanjut gejala yang muncul ialah feses menghitam, nyeri lambung, dan penurunan berat badan. “ karena itulah, mereka yang mengalami keluhan maag kronis atau berulang tidak kunjung sembuh disarankan untuk melakukan pemeriksaan endoskopi atau gastroskopi ( peneropongan kondisi dalam lambung), jangan hanya mengandalkan obat – obatan maag,” kata fajar mewanti – wanti.
Kanker saluran cerna jenis berikutnya ialah kanker usus halus. Kanker tersebut termasuk jarang terjadi. Gejalanya juga tidak spesifik. Tapi, bila ukuran kanker sudah besar, akan menimbulkan gejala penyumbatan usus. Sementara itu, pada kanker usus besar, gejala yang spesifik ialah perubahan pola buang air besar, misalnya frekuensinya berkurang dan bentuk feses seperti kotoran kambing. Lainnya, nyeri perut, berat badan turun, dan wajah pucat karena anemia. Feses yang berdarah juga gejala khas kanker kolon. “ jadi feses berdarah tidak selalu gejala ambeien atau wasir. Jika mendapati gejala itu, mintalah dokter memastikannya,” pesan Fajar.
Gaya hidup
Meski timbulnya kanker dipengaruhi faktor genetik yang sulit dimodifikasi, gaya hidup juga ikut jadi penentu. Bahkan, belakangan gaya hidup ditenggarai lebih banyak berpengaruh terhadap peningkatan kasus kanker, terutama kanker saluran cerna.
“ kanker saluran cerna ialah jenis kanker yang paling dipengaruhi oleh lingkungan dan gaya hidup,”. Gaya hidup tidak sehat yang memicu kanker antara lain kebiasaan merokok, konsumsi danging merah, kurang konsumsi buah dan sayuran, kurang olahraga, dan obesitas. Konsumsi makanan tinggi lemak serta makanan yang diolah dengan dibakar dan digoreng pada suhu tinggi juga menjadi faktor pemicu kanker.
“ pembakaran makanan hingga kehitaman memunculkan zat heterosiklis amina yang bersifat karsinogenik. Demikian juga proses penggorengan suhu tinggi yang biasa dilakukan pada makanan cepat saji, memunculkan zat akrilamida yang juga karsinogenik,” terang Fajar
Modifikasi gaya hidup menjadi lebih sehat jelas diperlukan dalam mencegah kanker. Hal penting lainnya ialah upaya deteksi dini, semakin dini kanker ditemukan dan ditangani hasilnya semakin baik.
“ untuk kasus kanker kolorektal, misalnya ditangani, jika ditangani pada stadium I, harapan hidup mencapai lima tahun kemudian mencapai 85% - 99%. Tapi kalau ditangani pada stadium IV harapannya tinggal 5%,”terang Fajar.
Deteksi dini dilakukan denga imaging berkala. Antara lain, pemeriksaan kolonoskopi, gastroskopi, atau endoskopi. Prinsipnya, pemeriksaan itu dilakukan dengan meneropong keadaan di dalam saluran cerna sehingga ketika ada kelainan sekecil apapun, bisa langsung ditangani. Bila hasil pemerikasaan menunjukkan adanya kanker, penanganan tidak boleh ditunda – tunda. Umumnya penanganan kanker meliputi operasi pengangkatan tumor, radioterapi.
Bagaimana dengan obat herbal? Menurut Fajar, boleh saja obat herbal dikonsumsi asal pengobatan medis tidak ditinggalkan. Cara konsumsinya pun perlu diatur demi mencegah efek samping dari interaksi obat medis dan herbal.
Perlu diketahui, obat herbal juga bisa punya efek samping, hanya jenisnya belum diketahui secara pasti karena belum diteliti. Sebagai contoh, daun sirsak yang sangat popular ternyata menimbulkan Parkinson ketika dikonsumsi secara belebihan. Jadi, perlu berhati – hati.
Sumber : Media Indonesia 21 sep 2011 Eni Kartinah.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar