Minggu, 21 Oktober 2012
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PADA PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR TBK TAHUN 2010
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PADA PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR TBK TAHUN 2010
Sepanjang tahun 2010. Indofood terus berupaya melanjutkan komitmennya dalam memberikan kontribusi kepada masyarakat melalui berbagai program tanggung jawab sosial perusahaan yang berkelanjutan. Pelaksanaan program tersebut difokuskan pada lima pilar, yaitu pembangunan sumber daya manusia, partisipasi aktif dalam kegiatan komunitas, peningkatan nilai ekonomi, menjaga kelestarian lingkungan, dan kegiatan solidaritas kemanusiaan.
1. Pembagunan Sumber Daya Manusia
Indofood meyakini bahwa pendidikan merupakan faktor utama dalam pengembangan sumber daya manusia. Kepedulian Indofood di bidang pendidikan diwujudkan dalam berbagai program pendidikan baik formal maupun non formal.
• BISMA ( Beasiswa Indofood Sukses Makmur ), menyediakan dana pendidikan bagi siswa – siswi terbaik di tingkat Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi di seluruh Indonesia. Pada Tahun 2010. Perseroan memberikan beasiswa kepada lebih dari 1.780 anak karyawan. Di samping itu Perseroan juga memberikan beasiswa kepada 161 mahasiswa dari 7 Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia melalui kerjasama dengan Yayasan Salemba Empat. Para penerima beasiswa juga dibekali dengan berbagai pelatihan melalui kegiatan BISMA Leadership Camp untuk meningkatkan ketrampilan mereka.
• Indofood Riset Nugraha adalah program bantuan dana penelitian bagi kalangan akademisi dalam rangka mendorong lahirnya riset – riset unggulan bagi kepentingan masyarakat, khususnya dalam upaya penganekaragaman dan peningkatan ketahanan pangan nasional. Pada tahun 2010, program yang dimulai sejak tahun 1998, ini menerima penghargaan Asia Responsible Entrepreneurship Awards 2010 dan Enterpirse Asia. Penghargaan ini merupakan wujud pengakuan internasional kepada Perseroan atas programnya yang dinilai memberikan dampak positif dalam hal investasi sumber daya manusia.
2. Partisipasi Aktif dalam Kegiatan Komunitas
Indofood senantiasa membangun interaksi sosial dan komunikasi yang baik dengan masyarakat di lokasi dimana unit operasional Perseroan berada. Beberapa kegiatan yang dilakukan di tahun 2010, antara lain :
• Pembangunan infrastruktur berupa pembangunan jaringan drainase, pengaspalan jalan, perbaikan jembatan dan pendirian rumah ibadah di lingkungan fasilitas produksi dan perkebunan Indofood di seluruh Indonesia. Sarana sanitasi juga dibangun untuk mendukung program kesehatan masyarakat.
• Perseroan juga berpartisipasi dan berkontribusi dalam berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan, khususnya yang terkait dengan pendidikan dan peringatan hari besar keagamaan.
3. Peningkatan Nilai Ekonomi
Indofood terus membangun hubungan jangka panjang yang saling menguntungkan dengan para stakeholders, dalam hal ini para mitra usaha yang terdiri dari petani, peternak dan pengusaha UKM, untuk memberi manfaat ekonomi secara berkelanjutan, beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain:
• Pelatihan kewirausahaan dan pembuatan makanan berbahan dasar tepung terigu kepada para istri petani kentang di Pangalengan dan Garut, Propinsi Jawa Barat dan di Sembalun, Propinsi Nusa Tenggara Barat serta para istri penderes gula kelapa di Banyuwangi, Propinsi Jawa Timur.
• Indofood terus mengembangkan manfaat sebanyak 36.513 mitra UKM pemegang kartu Bogasari Mitra Card. Manfaat yang diberikan berupa program pelatihan, dukungan promosi dan bantuan fasilitas kredit perbankan serta berbagai asuransi, seperti asuransi perbankan, kesehatan dan kecelakaan. Pada tahun 2010, Perseroan memberikan penghargaan Bogasari SME Awards 2010 kepaada 9 mitra UKM di wilayah Jawa Timur. Penerima Bogasari SME Awards 2010 merupakan hasil seleksi dari seluruh mitra binaan Bogasari yang berada di wilayah Jawa Timur yang berjumlah 5.134 anggota.
4. Menjaga Kelestarian Lingkungan
Indofood juga memiliki komitmen untuk senantiasa menjaga kelestarian lingkungan hidup. Program – program berbasis lingkungan yang dilakukan antara lain:
• Fasilitas Pengolahan Limbah. Untuk memastikan agar limbah yang dihasilkan memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan, maka seluruh pabrik Indofood dilengkapi fasilitas pengolahan limbah.
• Melakukan kegiatan kampanye lingkungan kepada anak – anak bertepatan dengan momentum peringatan Hari Anak Nasional, yaitu berupa penanaman pohon sebanyak 8.130, yang terdiri dari berbagai macam pohon.
• Indofood juga berpartisipasi dalam program revitalisasi fungsi sungai di sekitar wilayah perkebunan di Sumatra yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas air sungai serta mencegah terjadinya banjir.
5. Kegiatan Solidaritas Kemanusiaan
Perseroan secara konsisten mendukung berbagai program bantuan bagi masyarakat yang tertimpa musibah bencana alam.
• Melalui program “ Indofood Peduli “, Indofood membuka dapur umum yang menyediakan mi instan, biskuit, makanan bagi balita dan ibu hamil serta susu yang ditujukan baik para pengungsi maupun para relawan di lokasi bencana. Sepanjang tahun 2010 “ Indofood Peduli “ telah memberikan bagi para korban bencana longsor dan banjir bandang di Wasior, Papua ; bencana letusan gunung merapi di Yogyakarta dan Jawa Tengah serta bencana gempa bumi yang disertai tsunami di kepulauan Mentawai
Sumber : www.indofoodcbp.com / ISM_Annual Report 2010
Kamis, 04 Oktober 2012
GREEN EDELWEISS FOUNDATION LUNCURKAN DARU GREEN STATION DAN DESA IKLIM
GREEN EDELWEISS FOUNDATION
LUNCURKAN DARU GREEN STATION DAN DESA IKLIM
Daru- Banten, Green Edelweiss Foundation ( GEF ) meluncurkan programnya yaitu Daru Green Station Mewujudkan Desa Percontohan Menuju Desa Iklim di Desa Daru Kecamatan Jambe- Tangerang Banten, sabtu 29 September 2012. Acara pembukaan program ini dihadiri oleh Direktur Eksekutif Green Edelweiss Foundation, Ahmad R Subing, Puteri Indonesia 2011, Maria Selena, Sekretaris Jendral Daru Station Community, Mohamad Sobari, Anggota DPR RI komisi I, A. Zaky Iskandar, Camat Jambe, Tatang Priatna, SE, Kepala Desa Daru H.M. Ayo Suharyo serta masyarakat desa Daru.
Desa daru akan menjadi desa percontohan, dimanan didesa ini akan dijadikan kawasan desa iklim. Dari aspek lingkungan diharapkan Desa Daru dapat menjadi contoh untuk desa – desa lain di sekitarnya bahkan di Indonesia untuk mengurangi laju pemanasan global yang mengakibatkan terjadinya perubahan iklim.
Acara pembukaan Daru Desa Iklim ditandai dengan penanaman pohon oleh Green Edelweiss Foundation, Daru Station Community, Puteri Indonesia 2011, Anggota DPR RI, Camat dan Kepala Desa serta diikuti oleh tokoh masyarakat lainnya. Rencana dalam tahap awal akan ditanam 3000 pohon dari berbagai jenis, pohon buah maupun pohon keras untuk menutupi lahan – lahan kosong yang berada di sekitar desa.
Untuk menjalankan seluruh program ini Green Edelweiss Foundation bekerjasama dengan Daru Station Community, yaitu suatu komunitas stasiun masyarakat Daru yang peduli terhadap lingkungan, tentu saja dengan dibantu seluruh lembaga desa dan masyarakatnya.
Kami sangat optimis program ini akan berjalan dengan lancar dan cepat, melihat antusias kelembagaan dari tingkat camat, kepala desa, karang taruna, ibu – ibu PKK dan seluruh masyarakat mendukung program ini, kata Ahmad R. Subing kepada Media Indonesia di temui di Desa Daru saat pembukaan acara.
Selanjutnya Ahmad R. Subing yang biasa di sapa Ayi mengatakan bahwa dalam program desa iklim ini menitikberatkan pada 3 kegiatan yaitu adaptasi, mitigasi, dan kelembagaan.
Dari sisi adaptasi ditentukan oleh masyarakat Daru dengan kemampuan memanfaatkan dan mengolah lingkungan, tanah, sungai, hutan menjadi daya guna tanpa merusak lingkungan sekitar, masyarakat juga perlu memanfaatkan ilmu pengetahuan dan informasi dengan pengembangan adanya teknologi modern sehingga tidak ada kesenjangan informasi dan pengetahuan dalam masyarakat, ini bertujuan agar masyarakat tidak perlu lagi melakukan urbanisasi ke kota besar untuk belajar sehingga mereka dapat menciptakan suatu pekerjaan dan membangun desanya. Dengan kata lain desa Iklim diharapkan dapat mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah ( problem solving ) di desa menuju desa yang lebih maju.
Dari sisi mitigasi, dengan adanya desa Iklim berupaya untuk menurunkan dan mengurangi efek gas rumah kaca di level masyarakat, melalui penggunaan teknologi tepat guna dan memanfaatkan sumber energi terbarukan dengan potensi yang ada di desa daru. Desa Iklim mendorong pemanfaatan kearifan lokal yang telah ada sehingga pembangunan di daerah tersebut lebih berwawasan lingkungan berkelanjutan, diikat dengan budaya yang kuat serta kesejahteraan rakyat yang meningkat dan sumber daya manusia yang cerdas.
Dari sisi kelembagaan adalah dukungan yang kuat dari sektor lembaga formal, mulai dari Gubernur, Bupati, Camat, Kepala Desa sehingga dengan adanya dukungan yang kuat akan menjamin keberhasilan dan keberlanjutan upaya mewujudkan Daru sebagai Desa Iklim.
Program Desa Iklim ini menitikberatkan pada beberapa aspek seperti lingkungan, pendidikan, sosial budaya dan kesejateraan masyarakat. Sehingga program ini benar – benar nyata, terintegrasi dan berkelanjutan dalam upaya membangun desa dan masyarakat sampai upaya mewujudkan bumi agar terus tetap hijau.
Untuk meningkatkan pendidikan, Green Edelweiss Foundation juga telah mengumpulkan kurang lebih 1000 buku untuk disumbangkan ditaman baca desa Daru, buku – buku tersebut merupakan sumbangan dari Sahabat Edelweiss dari berbagai daerah, seperti Papua, Lampung, Bandung, Surabaya dan Jakarta. Bahkan ke depan kami ingin menjadikan rumah baca tersebut terbesar di kecamatan bahkan se- Kabupaten.
Dari segi budaya, GEF akan meningkatkan nilai – nilai seni dan budaya yang ada di Desa Daru sehingga mereka dapat tampil dalam ajang nasional maupun internasional, untuk itu GEF juga akan bekerjasama dengan negara – negara asing guna pertukaran budaya melalui pertukaran pelajar yang berprestasi dengan misi – misi budaya.
Untuk keberhasilan ini tentu saja GEF tidak dapat berjalan sendiri, dukungan dari pemerintah dan pihak – pihak swasta melalui bantuan atau program CSRnya sangatlah menentukan keberhasilan dari program ini.
Program Daru Desa Iklim Green Edelweiss Foundation
Daru Green Station
Stasiun Daru akan menjadi proyek pertama di Indonesia sebagai stasiun yang ramah lingkungan, tertib, aman dan nyaman. Membuat ruang hijau wilayah stasiun Daru dengan melakukan penanaman pohon dan tanaman di sekitarnya.
Membuat standar keamanan dan keselamatan penumpang dengan menyediakan batas aman antara jalur kereta api dengan penumpang. Membuat ruang tunggu yang aman dan nyaman. Membuat batas antrian pembelian tiket. Membudayakan kedisplinan dan budaya antri serta membeli tiket. Mensosialisasikan tata tertib di kereta api ( tidak merokok, membuang sampah sembarangan dan saling menghargai antar penumpang). Mensosialisasikan kepada masyarakat pengguna kereta api dari stasiun tujuan Tanah Abang – Rangkas Bitung dengan menyebarkan pamflet, brosur, buku saku tentang tata cara dan program Green Station, yang bertujuan agar masyarakat sadar dan mengetahui program ini serta dapat mengikuti dan menjadi inspirasi di daerah masing – masing
Desa Percontohan
Daru Desa Percontohan akan menjadi contoh buat desa lain sebagai desa yang hijau, program penanaman pohon diseluruh jalan dan halaman rumah tertanam pohon – pohon yang membuat hijau, sejuk, teduh, dan damai.
Masyarakat memanfaatkan tanah kosong atau lahan kosong dengan aktivitas berkebun, baik itu tanaman keras dan besar, pohon buah- buahan sampai sayur – sayuran dan tumbuhan obat – obatan.
Efisiensi dalam penggunaan kertas, serta membiasakan penggunaan sapu tangan untuk menggantikan tisu dalam aktivitas sehari – hari. Masyarakat dapat memilah sampah organic dan non organik, selanjutnya memanfaatkan sampah organik menjadi kompos dan melakukan 3R untuk sampah non-organik. Masyarakat diberi keterampilan untuk memanfaatkan sampah non organik menjadi sesuatu yang dapat berguna atau bernilai dan membuat bank sampah.
Membuat lubang resapan ( biofori ) masing – masing minimal 5 lubang resapan tiap rumah. Menggalakan kerjabakti setiap hari minggu pagi, membuar sarana dan prasarana olahraga. Memanfaatkan lahan kosong untuk membuat tambak atau kolam ikan, membuat kerajinan tangan dengan ciri dan seni masyarakat Daru dengan memanfaatkan hasil alam yang ada sehingga dapat bernilai ekonomis.
Memberikan berbagai macam keterampilan untuk ibu – ibu PKK yang selanjutnya disosialisasikan ke seluruh ibu rumah tangga. Membangun ruang / perpustakaan mini dengan berbagai macam buku – buku dan majalah untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan minat baca para anak – anak usia sekolah maupun masyarakat.
Menyiapkan sarana teknologi dan informasi berupa komputer maupun laptop dengan memberikan kursus penggunaan komputer dan internet. Memberikan pengetahuan kepada pelajar penggunaan internet, serta mampu membangun atau membuat website. Memberikan keterampilan seni dan budaya, budaya lokal dan internasional serta memberikan kesempatan kepada pelajar yang berprestasi untuk di kirim ke luar negeri.
Daru Desa Iklim
Memanfaatkan lahan kosong atau lahan tidur menjadi Taman Keragamanhayati, nantinya taman ini akan menjadi objek pariwisata, tempat penelitian dan pendidikan. Membuat penampungan tempat pembuangan kotoran sapi sebagai energi yang dapat diperbaharui ( BIOGAS ) untuk berbagai keperluan rumah tangga dan industri kecil lainnya.
Memanfaatkan sungai – sungai sebagai tempat pemancingan untuk keperluan sendiri maupun sebagai tempat wisata memancing. Memanfaatkan teknologi dan mengikuti perkembangan pengetahuan serta teknologi modern sehingga tidak ada kesenjangan informasi dan pengetahuan dan masyarakat tidak perlu lagi melakukan urbanisasi ke kota besar untuk belajar dan mereka dapat menciptakan suatu pekerjaan dan membangun desanya.
Pendidikan dan pengetahuan industri atau perangkat desa yang memadai dan saling dukung bersama masyarakat untuk memajukan desa daru. sehinngga tercipta birokrasi yang cepat dan bersih.
Sumber : Harian Media Indonesia Senin 1 Oktober 2012
Komentar : Menurut pendapat saya Green Edelweiss Foundation Sebagai Organisasi/ Perusahaan yang bergerak di bidang Pelestarian lingkungan, sangat peduli terhadap tanggung jawab sosial terhadap masyarakat yang kehidupannya sangat terbatas yakni dengan memajukan suatu desa yakni desa Daru dimana masyarakatnya hidup sangat terbatas dan minim pendikan. Yakni dengan aksi menanam pohon besar-besaran, pembagian 1000 buku kepada anak – anak di desa tersebut, selain itu Green Edelweiss Foundation juga akan membangun program – program yang belum dicapai, seperti yang sudah dijelaskan diatas tadi.
Selasa, 29 Mei 2012
Laporan
1. Pengertian Laporan
definisi laporan itu adalah :
1.Suatu bentuk penyampaian berita,keterangan,pemberitahuan ataupun pertanggungjawaban baik secara lisan maupun secara tertulis dari bawahan kepada atasan sesuai dengan hubungan wewenang dan tanggung jawab yang ada diantara mereka.
2.Salah satu cara pelaksanaan komunikasi dari pihak yang satu kepada pihak yang lainnya.
2. Fungsi Laporan
Fungsi laporan diantaranya adalah sebagai berikut:
- pertanggungjawaban bagi orang yang diberi tugas
- landasan pimpinan dalam mengambil kebijakan/keputusan
- alat untuk melakukan pengawasan
- dokumen sebagai bahan studi dan pengalaman bagi orang lain.
3. Macam-macam Laporan
Macam-macam laporan menurut bentuknya:
- laporan berbentuk formulir
- laporan berbentuk surat
- laporan berbentuk memorandum (memo)
- laporan berbentuk naskah
- laporan berbentuk buku
4. Dasar – dasar membuat Laporan
a. Clear
Kejelasan suatu laporan diperlukan baik kejelasan dalam pemakaian bahasa, istilah, maupun kata-kata harus yang mudah dicerna, dipahami dan dimengerti bagi si pembaca.
b. Mengenai sasaran permasalahannya
Caranya dengan jalan menghindarkan pemakaian kata-kata yang membingungkan atau tidak muluk-muluk, demikian juga hal dalam penyusunan kata-kata maupun kalimat harus jelasm singkat jangan sampai melantur kemana-mana dan bertele-tele yang membuat si pembaca laporan semakin bingung dan tidak mengerti.
c. Lengkap (complete)
Kelengkapan tersebut menyangkut :
#. Permasalahan yang dibahas harus sudah terselesaikan semua sehingga tidak menimbulkan tanda tanya
#. Pembahasan urutan permasalahan harus sesuai dengan prioritas penting tidaknya permasalahan diselesaikan
d. Tepat waktu dan cermat
Tepat waktu sangat diperlukan dalam penyampaian laporan kepada pihak-pihak yang membutuhkan karena pihak yang membutuhkan laporan untuk menghadapi masalah-masalah yang bersifat mendadak membutuhkan pembuatan laporan yang bisa diusahakan secepat-cepatnya dibuat dan disampaikan.
e. Tetap (consistent)
Laporan yang didukung data-data yang bersifat tetap dalam arti selalu akurat dan tidak berubah-ubah sesuai dengan perubahan waktu dan keadaan akan membuat suatu laporan lebih dapat dipercaya dan diterima.
f. Objective dan Factual
Pembuatan laporan harus berdasarkan fakta-fakta yang bisa dibuktikan kebenarannya maupun dibuat secara obyektif.
g. Harus ada proses timbal balik
a. Laporan yang baik harus bisa dipahami dan dimengerti sehingga menimbulkan gairah dan minat si pembaca
b. Jika si pembaca memberikan respon berarti menunjukkan adanya proses timbal balik yang bisa memanfaatkan secara pemberi laporan maupun si pembaca laporan
5. Sistematika Laporan
laporan lengkap yang lengkap, harus dapat menjawab semua pertanyaan mengenai : apa ( what ), mengapa ( why ), siapa ( Who ), dimana ( where ), kapan ( when ), bagaimana ( how ).
Urutan isi laporan sebaiknya diatur, sehingga penerima laporan dapat mudah memahami. Urutan isi laporan antara lain sebagai berikut :
1. Pendahuluan
Pada pendahuluan disebutkan tentang :
1) Latar belakang kegiatan.
2) Dasar hukum kegiatan.
3) Apa maksud dan tujuan kegiatan.
4) Ruang lingkup isi laporan.
2. Isi Laporan
Pada bagian ini dimuat segala sesuatu yang ingin dilaporkan antara lain :
1) Jenis kegiatan.
2) Tempat dan waktu kegiatan.
3) Petugas kegiatan.
4) Persiapan dan rencana kegiatan.
5) Peserta kegiatan.
6) Pelaksanaan kegiatan (menurut bidangnya, urutan waktu pelaksanaan, urutan fakta / datanya).
7) Kesulitan dan hambatan. Hasil kegiatan.
9) Kesimpulan dan saran penyempurnaan kegiatan yang akan datang.
Sumber: http://girlycious09.wordpress.com/tag/macam-macam-laporan/
Jumat, 06 April 2012
Pengertian Karya Tulis Ilmiah
Pengertian karya tulis ilmiah
Karya tulis ilmiah adalah :
karya tulis yang memiliki karakteristik keilmuan dan memenuhi syarat keilmuan, yaitu:
Isi kajian berada pada lingkup pengetahuan ilmiah.
Menggunakan metode berpikir ilmiah.
Sosok tulisan keilmuan
Jenis-jenis kaarya tulis ilmiah
Buku Pelajaran
Dikatakan sebagai karya tulis ilmiah di bidang pendidikan karena memiliki
kebenaran ilmiah dan disusun dengan landasan teori tertentu.
Makalah
Makalah adalah sebuah karya tulis ilmiah mengenai suatu topik tertentu
yang mencakup dalam ruang lingkup permasalahan.
Ciri-ciri makalah
Merupakan hasil kajian literatur atau hasil laporan pelaksanaan kegiatan lapangan mengenai suatu permasalahan.
Mendemonstrasikan pemahaman teoritik dan kemampuan menerapkan prosedur, prinsip dan teori yang berhubungan dengan permasalahan
Menunjukkan kemampuan pemahaman isi dan berbagai sumber yang digunakan.
Mendemonstrasikan kemampuan menyusun berbagai sumber informasi dalam satu kesatuan sintesis yang utuh.
Makalah yang sering digunakan dalam karya tulis ilmiah
Common paper, makalah yang dibuat secara deskriptif dan dengan mengemukakan berbagai aliran dan pendapat serta diperlukan argumentasi untuk mempertahankan suatu aliran atau pendapat tersebut.
Position paper, makalah yang dibuat untuk menunjukkan penguasaan pengetahuan serta di pihak mana penulis berdiri dan diperlukan sintesis juga evaluasi dalam penyusunannya.
Modul
Adalah materi pelajaran yang disusun sedemikian rupa sehingga
pembacanya diharapkan dapat menyerap sendiri materi tersebut.
Diktat Pelajaran
Adalah catatan tertulis suatu bidang studi yang disiapkan oleh guru untuk mempermudah pengayaan materi pelajaran atau bidang studi yang dibahas dalam proses pembelajaran.
Terjemahan
Adalah karya tulis hasil penerjemahan dari buku atau karya tulis bahasa
asing ke bahasa Indonesia atau sebaliknya.
Syarat seorang penerjemah, yaitu:
Menguasai materi yang akan diterjemahkan.
Menguasai bahasa asing.
Menguasai bahasa Indonesia yang baik.
Menguasai teknik menterjemahkan.
Memahami latar belakang dari budaya bahasa asing tersebut.
Laporan Hasil Penelitian
Merupakan sajian tertulis dari hasil kegiatan penelitian yang telah dilakukan atau bisa dikatakan sebagai pertanggungjawaban dari kegiatan penelitian.
Jika disusun dalam kaitannya dengan persyaratan akademik, maka bentuk laporannya dapat berupa skripsi, tesis atau disertasi.
Artikel Ilmiah
Artikel ilmiah berbeda dengan laporan hasil penelitian yang baku. Perbedaannya terdapat pada:
Bahan yang ditulis dalam artikel ilmiah lebih bersifat singkat padat dan enak dibaca.
Sistematika diawali dengan kajian pustaka yang merupakan pendukung atau pembahasan rasional pentingnya masalah yang diteliti.
Prosedur penulisan artikel dapat ditulis sebelum laporan penelitian diselesaikan
Macam-macam artikrl ilmiah
Artikel Ilmiah Hasil Penelitian
adalah tulisan ilmiah yang didasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan. Artikel ini disusun sedemikian rupa sehingga tetap menampilkan semua aspek laporan hasil penelitian, tetapi dalam format yang lebih ringkas.
Artikel Ilmiah Non Penelitian
adalah artikel-artikel hasil pemikiran yang relevan, hasil penelitian
terdahulu, disamping teori yang dapat digali dari buku-buku teks.
Prosedur teknin penulisan artikel ilmiah
Pengembangan gagasan.
Perencanaan penulisan naskah.
Pengembangan paragraf.
Penulisan draf.
Finalisasi.
Komponen-komponen artikel iliah
Judul
Judul hasil pemikiran hendaknya mencerminkan masalah yang dibahas. Pemilihan kata-kata yang mengandung unsur-unsur utama masalah dan judul harus memiliki daya tarik yang cukup kuat bagi pembaca.
Nama Penulis
Nama penulis artikel hendaknya tanpa disertai gelar akademik atau profesional guna menghindari bias seniorita dan wibawa serta inferioritas penulis.
Abstrak dan kata kunci
Berisi ringkasan dari isi artikel yang dituangkan secara padat, bukan pengantar atau pengantar penulis.
Pendahuluan
Menguraikan hal-hal yang dapat menarik perhatian pembaca dan hendaknya berisi paparan tentang permasalahan penelitian, wawasan dan rencana penulis dalam rangka pemecahan masalahnya.
Bagian inti
Lazimnya bagian inti berisi kupasan, analisis argumentasi, komparasi, keputusan dan pendirian atau sikap penulis mengenai masalah yang dibicarakan.
Metode
Menguraikan bagaimana penelitian dilakukan seperti rancangan atau desain penelitian, sasaran atau target penelitian, teknik pengumpulan data, pengembangan instrumen dan teknik analisis data.
Hasil penelitian
Hasil penelitian hendaknya disajikan secara padat, dan komunikatif.
Perhitungan statistik tidak perlu disajikan dalam artikel.
Pembahasan
Dalam pembahasan, penulis menyajikan hasil interpretasi temuannya dan mengaitkannya dengan struktur pengetahuan yang telah mapan, dan hasil penelitian terdahulu. Sehingga diharapkan lahirnya teori-teori baru atau modifikasi teori yang telah ada.
Penutup, kesimpulan dan saran
Merupakan bagian akhir yang pada dasarnya mengakhiri diskusi dengan
sesuatu pendirian atau menyodorkan beberapa alternatif penyelesaian.
Daftar rujukan
Semua rujukan yang terdapat dalam tulisan hendaknya dimasukkan ke
dalam daftar rujukan.
Artikel ilmiah pada sebuah jurnal
Harus memahami aturan jurnal (gaya selingkung) yang akan dijadikan tujuan penulisan. Karena tiap-tiap jurnal memiliki gaya selingkung yang berbeda.
Harus memahami prosedur pemuatan artikel ilmiah oleh penerbit jurnal.
Prosedur pemuatan artikel itu diantaranya:
1) Penulis menyerahkan naskahnya kepada pengelola jurnal atau Ketua Dewan Editor.
2) Ketua Dewan Editor meminta bantuan beberapa penyunting ahli untuk menilai naskah tersebut dan menetapkan layak tidaknya naskah tersebut dimuat.
3) Penyunting ahli berperan sebagai wasit, yang menentukan layak atau tidaknya naskah tersebut dimuat di jurnal. Kemungkinan hasil evaluasi: (1) layak dimuat tanpa revisi, (2) dapat dimuat dengan revisi, (3) tidak layak dimuat.
4) Jika hasilnya perlu direvisi, maka penulis diminta merevisi untuk nanti dinilai kembali dan seterusnya sampai naskah tersebut layak untuk dimuat.
Fungsi karya ilmiah bagi karier guru
Fungsi karya tulis ilmiah bagi karir guru adalah mereka yang berkehendak memperdalam pengetahuan dan kemampuan dalam mengembangkan profesi dan ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan.
Selain itu karya tulis ilmiah dapat dijadikan sebagai sarana untuk kenaikan pangkat atau jabatan yang lebih tinggi.
Kaitan pengembangan profesi guru dengan karya tulis ilmiah
Penulisan karya tulis ilmiah dapat dijadikan sarana untuk pengembangan profesi guru. Jadi jika seorang guru ingin menaikkan pangkatnya, maka ia harus menulis sebuah karya tulis ilmiah.
Dengan angka kredit yang berbeda-beda, diantaranya:
Untuk makalah yang berisi ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri di bidang pendidikan.
a. Dalam bentuk buku yang dipublikasikan (angka kreditnya 8)
b. Dimuat dalam majalah ilmiah (angka kreditnya 4)
c. Tidak dipublikasikan, tetapi didokumentasikan di perpustakaan sekolah dalam bentuk buku (angka kreditnya 7)
d. Dalam bentuk makalah tidak dipublikasikan , tetapi didokumentasikan perpustakaan sekolah (angka kreditnya 3,5)
e. Karya tulis ilmiah hasil penelitian, pengkajian, survey dan atau evaluasi di bidang pendidikan:
1) Dalam bentuk buku dan dipublikasikan (angka kreditnya 12,5)
2) Dalam majalah ilmiah yang dipublikasikan (angka kreditnya 6)
3) Tidak dipublikasikan, tetapi didokumentasikan di perpustakaan sekolah dalam bentuk buku (angka kreditnya 8)
4) Tidak dipublikasikan, tetapi didokumentasikan di perpustakaan sekolah dalam bentuk makalah (angka kreditnya 4)
Buku pelajaran atau modul
Bertaraf nasional (angka kreditnya 5)
Bertaraf provinsi (angka kreditnya 3)
Diktat pelajaran (angka kreditnya 1)
Karya terjemahan buku pelajaran atau karya ilmiah yang bermanfaat bagi pendidikan (angka kreditnya 2,5)
Angka kredit diatas diperuntukan bagi perseorangan. Bila kelompok, maka penulis utama mendapat 60% dan penulis pembantu mendapat 40% dan dibagi rata yang jumlahnya tidak lebih dari 5 orang
Kiat-kiat jadi penulis
Mempunyai cita-cita untuk menjadi penulis.
Banyak membaca.
Menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Sering berlatih menulis.
Mencoba mengirimkan tulisan ke media cetak.
Membuat karya tulis ilmiah:
Kriteria pemilihan permasalahan:
Untuk memulai menulis harus diawali dengan mengangkat permasalahan yang ada di lingkungan sekitar, mulai dari permasalahan yang sederhana sampai ke permasalahan yang paling kompleks.
Ruang lingkup permasalahan haru dari yang kecil sampai lingkup yang besar, serta dari lingkup terbatas sampai lingkup terluas.
Permasalahan yang diangkat harus merupakan masalah yang aktual, penting dan perlu.
Setelah menetapkan kriteria permasalahan yang akan diangkat, langkah selanjutnya adalah:
Membuat daftar permasalahan yang timbul dalam benak pemikiran sendiri.
Dari daftar permasalahan tersebut, buatlah skala prioritas dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan:
1) Apakah masalah ini berguna atau cukup penting untuk saya persoalkan?
2) Apakah masalah ini akan menghasilkan sesuatu yang baru?
3) Apakah masalah cukup menarik perhatian?
4) Apakah masalah tersebut cukup terbatas, artinya tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit?
5) Apakah masalah yang dipilih didukung data dan keterangan-keterangan yang berhubungan dengan pokok persoalan.
6) Apakah masalah ini dapat diselesaikan dengan fasilitas dan kemampuan yang dimiliki?
Untuk membuat konsep yang akan dijadikan acuan, maka harus dibuat garis besar penulisan (outline), karena outline akan menjadi pedoman penulisan yang nantinya akan menghasilkan karya yang lebih baik dan sistematis.
Konseptualisasi dan pengembangan gagasan:
³ Pengelompokkan masalah kehidupan sehari-hari, diantaranya:
1. Pendidikan 5. Budaya
2. Ekonomi 6. Kesehatan
3. Politik 7. Keamanan
4. Sosial 8. Agama dan sebagainya
³ Masalah pendidikan dapat dijabarkan menjadi:
Kurikulum
Pembelajaran
Evaluasi
Bimbingan Karir
Administrasi Pendidikan
Tujuan Pembelajaran
Perencanaan Pembelajaran
Guru dan Siswa, dan sebagainya
Untuk mengembangkan konsep dan gagasan yang akan dituangkan kedalam outline, kita dapat melakukannya dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan:
Mengapa masalah tersebut bisa terjadi?
Apakah ada faktor penyebab yang mempengaruhinya?
Kapan dan dimana masalah itu terjadi?
Upaya apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut?
Siapa yang bisa melakukannya?
Apa akibatnya bila masalah tersebut dibiarkan? Dan seterusnya.
Konseptualisasi dan pengembangan gagasan dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
Cari, temukan dan pilih salah satu masalah yang menjadi prioritas pertama.
Menentukan judul atau tema permasalahan yang dipilih.
Membuat kerangka garis besar karangan atau outline penulisan.
Menguraikan atau menjelaskan baik secara teoritik maupun secara empirik.
Bagian-bagian outline penulisan karangan ilmiah, terdiri dari:
Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Bab Pendahuluan
Bab Penjelas/Uraian/Pembahasan
Bab Kesimpulan dan Rekomendasi
Daftar Pustaka
Mengembangkan ide atau gagasan dalam bentuk tulisan
Keuntungan berkomunikasi melalui tulisan, yaitu:
Susunan tatabahasa dan struktur kalimat dapat disempurnakan.
Hasil karya tulis dapat diteliti ulang untuk lebih disempurnakan.
Pembahasan dan sistematika berfikir, alur berfikir dapat dikaji ulang sehingga lebih sempurna dan sistematis.
Memiliki nilai dokumenter yang cukup tinggi, karena dapat dibaca ulang.
Dapat menyebarluaskan informasi dan mudah diperoleh semua diperoleh semua orang.
Kelemahan komunikasi dalam bentuk tulisan, yaitu:
Tidak semua orang mampu memahami isi pemikiran, karena hal ini memerlukan wawasan pengetahuan yang luas untuk mencernanya.
Jarak komunikasi dan psikologis antara penulis denganpembaca masih terlalu jauh atau lebar, karena penulis dan pembaca tidak berkomunikasi secara langsung.
Pola penulisan karya tulis ilmiah :
Pola pemecahan topik adalah topik bahasan yang masih dalam lingkup suatu tema menjadi bagian-bagian yang lebih sempit untuk dianalisis.
Pola masalah dan pemecahannya, adalah pola yang telah terlebih dahulu mengemukakan masalah dalam lingkup pokok bahasan untuk kemudian dianalisis pemecahannya.
Pola kronologi, menggarap topik menurut urutan peristiwa yang terjadi.
Pola perbandingan, pola yang mengemukakan dua aspek atau lebih dari satu topik dengan menunjukan perbedaan dan persamaan dari aspek tersebut.
Gaya penuturan karya tulis ilmiah:
Deskripsi atau gambaran tertulis dimana penulis berusaha menggambarkan wujud benda atau gejala melalui kata-kata.
Narasi atau kisah yaitu model penuturan yang menyajikan rangkaian cerita atau suatu kejadian dalam waktu tertentu.
Ekspose atau penjabaran, yaitu penuturan yang menjelaskan dan menafsirkan fakta, gejala atau suatu kejadian.
Argumentasi atau penyajian alasan, yaitu jenis penuturan yang mengemukakan fakta yang mendukung pandangan seseorang atau penulis.
Karya tulis ilmiah dalam arangka mendapatkan gela terdiri dari :
Skripsi
Skripsi adalah karya tulis ilmiah resmi akhir seorang mahasiswa dalam menyelesaikan Program Sarjana (S1). Skripsi merupakan bukti kemampuan akademik mahasiswa dalam penelitian yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.
Karakteristik Skripsi:
1) Untuk bidang pendidikan, skripsi terarah pada eksplorasi atau pemecahan masalah pendidikan.
2) Untuk bidang non-kependidikan, skripsi terarah pada permasalahan bidang keilmuan yang sesuai dengan program studi mahasiswa.
3) Ditulis atas dasar hasil pengamatan dan observasi lapangan atau penelaahan pustaka.
4) Ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar
Tesis:
Tesis adalah karya tulis ilmiah resmi akhir seorang mahasiswa dalam menyelesaikan Program Magister (S2). Tesis merupakan bukti kemampuan yang bersangkutan dalam penelitian dan pengembangan ilmu pada salah satu bidang keilmuan dalam Ilmu Pendidikan
Karakteristik Tesis:
Berfokus pada kajian mengenai salah satu isu sentral yang tercakup dalam salah satu disiplin dalam ilmu pendidikan sesuai dengan program studi yang ditempuh oleh mahasiswa yang bersangkutan.
Merupakan pengujian empirik terhadap posisi teoritik tertentu.
Menggunakan data primer sebagai data utama yang dapat ditunjang oleh data sekunder.
Ditulis dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar, kecuali untuk program studi bahasa asing.
Disertasi
Disertasi adalah karya tulis ilmiah resmi akhir seorang mahasiswa dalam menyelesaikan Program S3 ilmu pendidikan. Disertasi merupakan bukti kemampuan yang bersangkutan dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan penemuan baru dalam salah satu disiplin Ilmu Pendidikan.
Karakteristik Disertasi:
Berfokus pada kajian mengenai salah satu disiplin Ilmu Pendidikan sesuai dengan bidang yang dipelajari.
Kajian berfokus pada penemuan baru dalam disiplin ilmu yang dikaji secara mendalam.
Mengunakan data primer sebagai data utama, ditunjang oleh data sekunder apabila diperlukan.
Ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar, kecuali untuk program studi bahasa asing.
sumber : http://susilawati.wordpress.com/2009/03/12/apa-sih-karya-tulis-ilmiah-itu/
Karya tulis ilmiah adalah :
karya tulis yang memiliki karakteristik keilmuan dan memenuhi syarat keilmuan, yaitu:
Isi kajian berada pada lingkup pengetahuan ilmiah.
Menggunakan metode berpikir ilmiah.
Sosok tulisan keilmuan
Jenis-jenis kaarya tulis ilmiah
Buku Pelajaran
Dikatakan sebagai karya tulis ilmiah di bidang pendidikan karena memiliki
kebenaran ilmiah dan disusun dengan landasan teori tertentu.
Makalah
Makalah adalah sebuah karya tulis ilmiah mengenai suatu topik tertentu
yang mencakup dalam ruang lingkup permasalahan.
Ciri-ciri makalah
Merupakan hasil kajian literatur atau hasil laporan pelaksanaan kegiatan lapangan mengenai suatu permasalahan.
Mendemonstrasikan pemahaman teoritik dan kemampuan menerapkan prosedur, prinsip dan teori yang berhubungan dengan permasalahan
Menunjukkan kemampuan pemahaman isi dan berbagai sumber yang digunakan.
Mendemonstrasikan kemampuan menyusun berbagai sumber informasi dalam satu kesatuan sintesis yang utuh.
Makalah yang sering digunakan dalam karya tulis ilmiah
Common paper, makalah yang dibuat secara deskriptif dan dengan mengemukakan berbagai aliran dan pendapat serta diperlukan argumentasi untuk mempertahankan suatu aliran atau pendapat tersebut.
Position paper, makalah yang dibuat untuk menunjukkan penguasaan pengetahuan serta di pihak mana penulis berdiri dan diperlukan sintesis juga evaluasi dalam penyusunannya.
Modul
Adalah materi pelajaran yang disusun sedemikian rupa sehingga
pembacanya diharapkan dapat menyerap sendiri materi tersebut.
Diktat Pelajaran
Adalah catatan tertulis suatu bidang studi yang disiapkan oleh guru untuk mempermudah pengayaan materi pelajaran atau bidang studi yang dibahas dalam proses pembelajaran.
Terjemahan
Adalah karya tulis hasil penerjemahan dari buku atau karya tulis bahasa
asing ke bahasa Indonesia atau sebaliknya.
Syarat seorang penerjemah, yaitu:
Menguasai materi yang akan diterjemahkan.
Menguasai bahasa asing.
Menguasai bahasa Indonesia yang baik.
Menguasai teknik menterjemahkan.
Memahami latar belakang dari budaya bahasa asing tersebut.
Laporan Hasil Penelitian
Merupakan sajian tertulis dari hasil kegiatan penelitian yang telah dilakukan atau bisa dikatakan sebagai pertanggungjawaban dari kegiatan penelitian.
Jika disusun dalam kaitannya dengan persyaratan akademik, maka bentuk laporannya dapat berupa skripsi, tesis atau disertasi.
Artikel Ilmiah
Artikel ilmiah berbeda dengan laporan hasil penelitian yang baku. Perbedaannya terdapat pada:
Bahan yang ditulis dalam artikel ilmiah lebih bersifat singkat padat dan enak dibaca.
Sistematika diawali dengan kajian pustaka yang merupakan pendukung atau pembahasan rasional pentingnya masalah yang diteliti.
Prosedur penulisan artikel dapat ditulis sebelum laporan penelitian diselesaikan
Macam-macam artikrl ilmiah
Artikel Ilmiah Hasil Penelitian
adalah tulisan ilmiah yang didasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan. Artikel ini disusun sedemikian rupa sehingga tetap menampilkan semua aspek laporan hasil penelitian, tetapi dalam format yang lebih ringkas.
Artikel Ilmiah Non Penelitian
adalah artikel-artikel hasil pemikiran yang relevan, hasil penelitian
terdahulu, disamping teori yang dapat digali dari buku-buku teks.
Prosedur teknin penulisan artikel ilmiah
Pengembangan gagasan.
Perencanaan penulisan naskah.
Pengembangan paragraf.
Penulisan draf.
Finalisasi.
Komponen-komponen artikel iliah
Judul
Judul hasil pemikiran hendaknya mencerminkan masalah yang dibahas. Pemilihan kata-kata yang mengandung unsur-unsur utama masalah dan judul harus memiliki daya tarik yang cukup kuat bagi pembaca.
Nama Penulis
Nama penulis artikel hendaknya tanpa disertai gelar akademik atau profesional guna menghindari bias seniorita dan wibawa serta inferioritas penulis.
Abstrak dan kata kunci
Berisi ringkasan dari isi artikel yang dituangkan secara padat, bukan pengantar atau pengantar penulis.
Pendahuluan
Menguraikan hal-hal yang dapat menarik perhatian pembaca dan hendaknya berisi paparan tentang permasalahan penelitian, wawasan dan rencana penulis dalam rangka pemecahan masalahnya.
Bagian inti
Lazimnya bagian inti berisi kupasan, analisis argumentasi, komparasi, keputusan dan pendirian atau sikap penulis mengenai masalah yang dibicarakan.
Metode
Menguraikan bagaimana penelitian dilakukan seperti rancangan atau desain penelitian, sasaran atau target penelitian, teknik pengumpulan data, pengembangan instrumen dan teknik analisis data.
Hasil penelitian
Hasil penelitian hendaknya disajikan secara padat, dan komunikatif.
Perhitungan statistik tidak perlu disajikan dalam artikel.
Pembahasan
Dalam pembahasan, penulis menyajikan hasil interpretasi temuannya dan mengaitkannya dengan struktur pengetahuan yang telah mapan, dan hasil penelitian terdahulu. Sehingga diharapkan lahirnya teori-teori baru atau modifikasi teori yang telah ada.
Penutup, kesimpulan dan saran
Merupakan bagian akhir yang pada dasarnya mengakhiri diskusi dengan
sesuatu pendirian atau menyodorkan beberapa alternatif penyelesaian.
Daftar rujukan
Semua rujukan yang terdapat dalam tulisan hendaknya dimasukkan ke
dalam daftar rujukan.
Artikel ilmiah pada sebuah jurnal
Harus memahami aturan jurnal (gaya selingkung) yang akan dijadikan tujuan penulisan. Karena tiap-tiap jurnal memiliki gaya selingkung yang berbeda.
Harus memahami prosedur pemuatan artikel ilmiah oleh penerbit jurnal.
Prosedur pemuatan artikel itu diantaranya:
1) Penulis menyerahkan naskahnya kepada pengelola jurnal atau Ketua Dewan Editor.
2) Ketua Dewan Editor meminta bantuan beberapa penyunting ahli untuk menilai naskah tersebut dan menetapkan layak tidaknya naskah tersebut dimuat.
3) Penyunting ahli berperan sebagai wasit, yang menentukan layak atau tidaknya naskah tersebut dimuat di jurnal. Kemungkinan hasil evaluasi: (1) layak dimuat tanpa revisi, (2) dapat dimuat dengan revisi, (3) tidak layak dimuat.
4) Jika hasilnya perlu direvisi, maka penulis diminta merevisi untuk nanti dinilai kembali dan seterusnya sampai naskah tersebut layak untuk dimuat.
Fungsi karya ilmiah bagi karier guru
Fungsi karya tulis ilmiah bagi karir guru adalah mereka yang berkehendak memperdalam pengetahuan dan kemampuan dalam mengembangkan profesi dan ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan.
Selain itu karya tulis ilmiah dapat dijadikan sebagai sarana untuk kenaikan pangkat atau jabatan yang lebih tinggi.
Kaitan pengembangan profesi guru dengan karya tulis ilmiah
Penulisan karya tulis ilmiah dapat dijadikan sarana untuk pengembangan profesi guru. Jadi jika seorang guru ingin menaikkan pangkatnya, maka ia harus menulis sebuah karya tulis ilmiah.
Dengan angka kredit yang berbeda-beda, diantaranya:
Untuk makalah yang berisi ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri di bidang pendidikan.
a. Dalam bentuk buku yang dipublikasikan (angka kreditnya 8)
b. Dimuat dalam majalah ilmiah (angka kreditnya 4)
c. Tidak dipublikasikan, tetapi didokumentasikan di perpustakaan sekolah dalam bentuk buku (angka kreditnya 7)
d. Dalam bentuk makalah tidak dipublikasikan , tetapi didokumentasikan perpustakaan sekolah (angka kreditnya 3,5)
e. Karya tulis ilmiah hasil penelitian, pengkajian, survey dan atau evaluasi di bidang pendidikan:
1) Dalam bentuk buku dan dipublikasikan (angka kreditnya 12,5)
2) Dalam majalah ilmiah yang dipublikasikan (angka kreditnya 6)
3) Tidak dipublikasikan, tetapi didokumentasikan di perpustakaan sekolah dalam bentuk buku (angka kreditnya 8)
4) Tidak dipublikasikan, tetapi didokumentasikan di perpustakaan sekolah dalam bentuk makalah (angka kreditnya 4)
Buku pelajaran atau modul
Bertaraf nasional (angka kreditnya 5)
Bertaraf provinsi (angka kreditnya 3)
Diktat pelajaran (angka kreditnya 1)
Karya terjemahan buku pelajaran atau karya ilmiah yang bermanfaat bagi pendidikan (angka kreditnya 2,5)
Angka kredit diatas diperuntukan bagi perseorangan. Bila kelompok, maka penulis utama mendapat 60% dan penulis pembantu mendapat 40% dan dibagi rata yang jumlahnya tidak lebih dari 5 orang
Kiat-kiat jadi penulis
Mempunyai cita-cita untuk menjadi penulis.
Banyak membaca.
Menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Sering berlatih menulis.
Mencoba mengirimkan tulisan ke media cetak.
Membuat karya tulis ilmiah:
Kriteria pemilihan permasalahan:
Untuk memulai menulis harus diawali dengan mengangkat permasalahan yang ada di lingkungan sekitar, mulai dari permasalahan yang sederhana sampai ke permasalahan yang paling kompleks.
Ruang lingkup permasalahan haru dari yang kecil sampai lingkup yang besar, serta dari lingkup terbatas sampai lingkup terluas.
Permasalahan yang diangkat harus merupakan masalah yang aktual, penting dan perlu.
Setelah menetapkan kriteria permasalahan yang akan diangkat, langkah selanjutnya adalah:
Membuat daftar permasalahan yang timbul dalam benak pemikiran sendiri.
Dari daftar permasalahan tersebut, buatlah skala prioritas dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan:
1) Apakah masalah ini berguna atau cukup penting untuk saya persoalkan?
2) Apakah masalah ini akan menghasilkan sesuatu yang baru?
3) Apakah masalah cukup menarik perhatian?
4) Apakah masalah tersebut cukup terbatas, artinya tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit?
5) Apakah masalah yang dipilih didukung data dan keterangan-keterangan yang berhubungan dengan pokok persoalan.
6) Apakah masalah ini dapat diselesaikan dengan fasilitas dan kemampuan yang dimiliki?
Untuk membuat konsep yang akan dijadikan acuan, maka harus dibuat garis besar penulisan (outline), karena outline akan menjadi pedoman penulisan yang nantinya akan menghasilkan karya yang lebih baik dan sistematis.
Konseptualisasi dan pengembangan gagasan:
³ Pengelompokkan masalah kehidupan sehari-hari, diantaranya:
1. Pendidikan 5. Budaya
2. Ekonomi 6. Kesehatan
3. Politik 7. Keamanan
4. Sosial 8. Agama dan sebagainya
³ Masalah pendidikan dapat dijabarkan menjadi:
Kurikulum
Pembelajaran
Evaluasi
Bimbingan Karir
Administrasi Pendidikan
Tujuan Pembelajaran
Perencanaan Pembelajaran
Guru dan Siswa, dan sebagainya
Untuk mengembangkan konsep dan gagasan yang akan dituangkan kedalam outline, kita dapat melakukannya dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan:
Mengapa masalah tersebut bisa terjadi?
Apakah ada faktor penyebab yang mempengaruhinya?
Kapan dan dimana masalah itu terjadi?
Upaya apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut?
Siapa yang bisa melakukannya?
Apa akibatnya bila masalah tersebut dibiarkan? Dan seterusnya.
Konseptualisasi dan pengembangan gagasan dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
Cari, temukan dan pilih salah satu masalah yang menjadi prioritas pertama.
Menentukan judul atau tema permasalahan yang dipilih.
Membuat kerangka garis besar karangan atau outline penulisan.
Menguraikan atau menjelaskan baik secara teoritik maupun secara empirik.
Bagian-bagian outline penulisan karangan ilmiah, terdiri dari:
Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Bab Pendahuluan
Bab Penjelas/Uraian/Pembahasan
Bab Kesimpulan dan Rekomendasi
Daftar Pustaka
Mengembangkan ide atau gagasan dalam bentuk tulisan
Keuntungan berkomunikasi melalui tulisan, yaitu:
Susunan tatabahasa dan struktur kalimat dapat disempurnakan.
Hasil karya tulis dapat diteliti ulang untuk lebih disempurnakan.
Pembahasan dan sistematika berfikir, alur berfikir dapat dikaji ulang sehingga lebih sempurna dan sistematis.
Memiliki nilai dokumenter yang cukup tinggi, karena dapat dibaca ulang.
Dapat menyebarluaskan informasi dan mudah diperoleh semua diperoleh semua orang.
Kelemahan komunikasi dalam bentuk tulisan, yaitu:
Tidak semua orang mampu memahami isi pemikiran, karena hal ini memerlukan wawasan pengetahuan yang luas untuk mencernanya.
Jarak komunikasi dan psikologis antara penulis denganpembaca masih terlalu jauh atau lebar, karena penulis dan pembaca tidak berkomunikasi secara langsung.
Pola penulisan karya tulis ilmiah :
Pola pemecahan topik adalah topik bahasan yang masih dalam lingkup suatu tema menjadi bagian-bagian yang lebih sempit untuk dianalisis.
Pola masalah dan pemecahannya, adalah pola yang telah terlebih dahulu mengemukakan masalah dalam lingkup pokok bahasan untuk kemudian dianalisis pemecahannya.
Pola kronologi, menggarap topik menurut urutan peristiwa yang terjadi.
Pola perbandingan, pola yang mengemukakan dua aspek atau lebih dari satu topik dengan menunjukan perbedaan dan persamaan dari aspek tersebut.
Gaya penuturan karya tulis ilmiah:
Deskripsi atau gambaran tertulis dimana penulis berusaha menggambarkan wujud benda atau gejala melalui kata-kata.
Narasi atau kisah yaitu model penuturan yang menyajikan rangkaian cerita atau suatu kejadian dalam waktu tertentu.
Ekspose atau penjabaran, yaitu penuturan yang menjelaskan dan menafsirkan fakta, gejala atau suatu kejadian.
Argumentasi atau penyajian alasan, yaitu jenis penuturan yang mengemukakan fakta yang mendukung pandangan seseorang atau penulis.
Karya tulis ilmiah dalam arangka mendapatkan gela terdiri dari :
Skripsi
Skripsi adalah karya tulis ilmiah resmi akhir seorang mahasiswa dalam menyelesaikan Program Sarjana (S1). Skripsi merupakan bukti kemampuan akademik mahasiswa dalam penelitian yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.
Karakteristik Skripsi:
1) Untuk bidang pendidikan, skripsi terarah pada eksplorasi atau pemecahan masalah pendidikan.
2) Untuk bidang non-kependidikan, skripsi terarah pada permasalahan bidang keilmuan yang sesuai dengan program studi mahasiswa.
3) Ditulis atas dasar hasil pengamatan dan observasi lapangan atau penelaahan pustaka.
4) Ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar
Tesis:
Tesis adalah karya tulis ilmiah resmi akhir seorang mahasiswa dalam menyelesaikan Program Magister (S2). Tesis merupakan bukti kemampuan yang bersangkutan dalam penelitian dan pengembangan ilmu pada salah satu bidang keilmuan dalam Ilmu Pendidikan
Karakteristik Tesis:
Berfokus pada kajian mengenai salah satu isu sentral yang tercakup dalam salah satu disiplin dalam ilmu pendidikan sesuai dengan program studi yang ditempuh oleh mahasiswa yang bersangkutan.
Merupakan pengujian empirik terhadap posisi teoritik tertentu.
Menggunakan data primer sebagai data utama yang dapat ditunjang oleh data sekunder.
Ditulis dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar, kecuali untuk program studi bahasa asing.
Disertasi
Disertasi adalah karya tulis ilmiah resmi akhir seorang mahasiswa dalam menyelesaikan Program S3 ilmu pendidikan. Disertasi merupakan bukti kemampuan yang bersangkutan dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan penemuan baru dalam salah satu disiplin Ilmu Pendidikan.
Karakteristik Disertasi:
Berfokus pada kajian mengenai salah satu disiplin Ilmu Pendidikan sesuai dengan bidang yang dipelajari.
Kajian berfokus pada penemuan baru dalam disiplin ilmu yang dikaji secara mendalam.
Mengunakan data primer sebagai data utama, ditunjang oleh data sekunder apabila diperlukan.
Ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar, kecuali untuk program studi bahasa asing.
sumber : http://susilawati.wordpress.com/2009/03/12/apa-sih-karya-tulis-ilmiah-itu/
Kerangka Penulisan Ilmiah
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2. Rumusan dan Batasan Masalah
1.2.1. Rumusan Masalah
1.2.2. Batasan Masalah.
1.3. Tujuan Penelitian.
1.4. Manfaat Penelitian
1.5. Metode Penelitian
1.5.1. Objek Penelitian
1.5.2. Variabel Penelitian
1.5.3. Hipotesis Penelitian
1.5.4. Metode Pengumpulan Data
1.5.5. Alat analisis yang digunakan
1.6. Sistematika Penulisan
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Perilaku Konsumen
2.2 Kepuasan
2.2.1 Definisi Kepuasaan Konsumen
2.2.2 Metode Pengukuran Kepuasaan Konsumen
2.2.3 Metode Kepuasan Konsumen
2.3 Definisi Jasa
2.3.1 Karakteristik Jasa Pelayanan
2.3.2 Pengukuran 5 ( Lima ) Dimensi Kualitas Pelayanan
2.4 Alat Analisis Yang digunakan
2.5 Definisi Transportasi
2.6 Kajian Penelitian Sejenis
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
3.2 Profil dari objek yang akan diteliti
3.3 Hipotesis
3.4 Variabel Penelitian
3.5 Alat Analisis Yang digunakan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 5
KESIMPULAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2. Rumusan dan Batasan Masalah
1.2.1. Rumusan Masalah
1.2.2. Batasan Masalah.
1.3. Tujuan Penelitian.
1.4. Manfaat Penelitian
1.5. Metode Penelitian
1.5.1. Objek Penelitian
1.5.2. Variabel Penelitian
1.5.3. Hipotesis Penelitian
1.5.4. Metode Pengumpulan Data
1.5.5. Alat analisis yang digunakan
1.6. Sistematika Penulisan
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Perilaku Konsumen
2.2 Kepuasan
2.2.1 Definisi Kepuasaan Konsumen
2.2.2 Metode Pengukuran Kepuasaan Konsumen
2.2.3 Metode Kepuasan Konsumen
2.3 Definisi Jasa
2.3.1 Karakteristik Jasa Pelayanan
2.3.2 Pengukuran 5 ( Lima ) Dimensi Kualitas Pelayanan
2.4 Alat Analisis Yang digunakan
2.5 Definisi Transportasi
2.6 Kajian Penelitian Sejenis
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
3.2 Profil dari objek yang akan diteliti
3.3 Hipotesis
3.4 Variabel Penelitian
3.5 Alat Analisis Yang digunakan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 5
KESIMPULAN
Selasa, 13 Maret 2012
BUNUH DIRI SIMBOL KEHORMATAN DI NEGARA JEPANG
Jepang adalah Negara yang terkenal dengan semangat bunuh diri yang dikaitkan dengan patriotisme seseorang. Daripada malu karena gagal dalam perjuangan, seorang jepang akan merasa terhormat jika dia bunuh diri. Busido adalah sebutan untuk semangat bunuh diri seorang ksatria yang kalah perang. Bunuh diri di Jepang sekarang banyak dipengaruhi kegiatan chatting tak terarah di internet. Mereka saling berhubungan dan saling mengajak bunuh diri bersama – sama.
Di kalangan masyarakat Jepang ada kategori aib yang dapat memicu orang untuk bunuh diri. Aib yang dimaksud adalah aib pribadi. Ukuran besar kecilnya suatu aib tergantung masing – masing pribadi. Nah, pertanyaannya, kenapa di Jepang begitu mudah orang mudah bunuh diri? Karena bagi mereka, pemahaman kematian berbeda dengan kita. Kalau kita bunuh diri itu sesuatu yang bertentangan dengan norma agama dan akibatnya bisa masuk neraka.
Sedangkan bagi mereka bunuh diri itu merupakan sesuatu yang terhormat, daripada menanggung malu. Ada yang namanya semangat busido, yaitu cerita ksatria samurai zaman dulu yang daripada dia kalah perang atau ditawan dan malu, lebih terhormat jika dia bunuh diri.
Jadi faktor yang mempengaruhi ada faktor psikologi dan ada faktor patriotisme. Kalo dari psikologinya kan dia sudah putus asa. Tapi lebih banyak patriotismenya. Tidak jarang anak SD saja bisa bunuh diri gara – gara tidak naik kelas atau rapornya jelek, dan itu sudah terjadi dari tahun 70 an. Setiap musim kenaikan kelas ada 30 anak kedapatan bunuh diri. Ada juga kejadian sekarang ini karena stress. Bahkan setiap hari ada kasus bunuh diri karena stress, termasuk karena putus cinta. Umumnya anak muda.
Lebih banyak bukan karena putus cinta tapi karena menanggung malu akibat tidak naik kelas atau tidak lulus ujian di sekolah atau perguruan tinggi. Memang karakter heroiknya kuat. Misalnya beberapa waktu lalu, ketika ada kejadian tabrakan kereta api, atau dulu pernah ada kejadian pesawat Japan Airlines jatuh, meskipun itu sebenarnya musibah tapi pimpinan lembaga – lembaga publik itu turun semua, tanpa disuruh atau diminta. Jadi sifat sportif atau ksatrianya besar sekali.
Sampai direktur yang turun itu keliling ke rumah – rumah korban satu persatu untuk minta maaf. Walaupun bawahannya yang melakukan kesalahan. Begitu juga setelah kejadian tabrakan kereta api yang merenggut nyawa 107 orang, semua pimpinannya minta maaf, tidak pakai alasan atau menyalahkan ini-itu, atau cari kambing hitam. Jadi alasan mereka bunuh diri itu bisa sama banyak dan sama kuat dengan minta maaf.
Waktu lalu ada kejadian korupsi dan ketahuan, koruptornya lalu bunuh diri, karena merasa malu besar. Padahal korupsinya cuma “sedikit”, cuma beberapa juta yen.
Bagaimana dengan kalangan anak muda? Kebanyakan mereka bunuh diri gara –gara gagal sekolah atau gagal karier, misalnya dipecat, bukan karena asmara. Kasus konflik keluarga boleh dikata tidak ada, cuma sedikit sekali. Konflik keluarga itu malah terbalik, dia bukan bunuh diri tapi dia membunuh.
Anak bisa membunuh orang tuanya sendiri. Jadi lebih berpikir ke diri sendiri, kalo ada orang lain salah dia bunuh atau entah siapa yang salah kalau kesalahannya terlalu diungkit lalu timbul rasa malu, dia bisa menyerang balik, pernah kejadian satu keluarga dibunuh salah seorang anak di dalam rumah itu.
Zaman dahulu ada faktor sistem pendidikan mereka yang ketat sekali, istilah mereka itu “ ibu pendidik “. Misalnya kalo lulus dari SD ini hanya bisa masuk SMP itu. Terus kalo dari SMP itu hanya bisa masuk SMA yang tertentu juga. Dari kecil mereka sudah dipaksa belajar dengan keras dan diarahkan supaya mereka bisa masuk ke sekolah yang dituju. Nah, sekarang ini banyak kasus yang meledak hingga banyak orang tua yang takut sama anak. Anak – anak jadi galak, mulai tidak mau sekolah gara – gara tekanan dan didikan dari kecil. Misalnya dari TK A, pilihan SD nya sudah terbatas, demikian juga kalo mau ke SMP, SMA. Bahkan sampai Universitasnya terbatas.
Jadi orang tua peranannya besar, mulai dari kecil untuk mendidik lebih keras. Faktor ini yang membuat kegagalan menjadi besar, lingkunganlah yang membuat kegagalan jadi besar. Kalo kita kan berfikir tidak naik kelas saja kok bunuh diri. Bagi mereka itu suatu rentetan masa depan. Ini yang jadi masalah, malu terhadap teman – teman, takut terhadap orang tua. Jadi orang tua sekarang takut anak mereka nekat – nekat. Bukan Cuma takut mereka nekat bunuh diri tapi juga mereka bisa menganiaya orang tuanya sendiri.
Sifat bunuh diri itu memang sifat turun temurun dari zaman perang. Kasus bunuh diri ini tiap hari pasti ada di seluruh jepang. Gambaran pahlawan yang paling berpengaruh itu dari zamannya Perang Dunia II. Banyak orang yang masuk cerobong Kamikaze, pesawat yang mereka awaki dijatuhkan ke cerobong kapal perang musuh sampai meledak dan tenggelam.
Itu mereka bilang mati terhormat. Jadi bukan kecewa tapi mengorbankan diri. Tapi itu kan situasi yang mendesak, lebih baik ikut daripada dibilang penakut. Jadi kuncinya ya balik lagi ke rasa malu terhadap diri sendiri. Kamikaze itu satu pola resmi, suatu pasukan untuk bunuh diri. Jadi mereka menyiapkan diri untuk mati. Itu yang mati mulai umur 16 sampai 20 tahunan.
Bedanya dengan bom bunuh diri, kamikaze tidak bikin terror. Pokoknya ada hubungannya dengan kesatriaan . seperti samurai, kalau kalah dan tidak terbunuh pasti malu. Kalau teroris itu sakit hati dengan orang, pasang bom di badan sendiri terus membunuh banyak orang. Kalo kamikaze ya membunuh badan sendiri.
Beda dengan di negeri kita, banyak sekali yang bunuh diri karena putus cinta atau kondisi ekonomi. Kalau di Jepang justru karena malu, sudah berusaha dengan keras tapi masih gagal. Kalo putus cinta bukan karakter heorik tapi keputusasaan. Dan mereka sebenarnya bukan orang yang cepat putus asa.
Kenapa di jepang sampai ada fenomena seperti itu, karena di sana tidak ada peran agama. Di sekolah tidak diajarkan pelajaran agama, sehingga generasi muda Jepang sekarang ini bisa dibilang tidak punya agama. Kalo dulu dirumah orang – orang tua masih kelihatan ada tempat – tempat untuk sembahyang agama Shinto.
Sekarang sudah tidak ada. Jadi sudah seperti atheis. Ciri – cirinya yang paling kelihatan, mereka menikah secara Kristen atau Katholik di gereja, ikut merayakan Natal, mereka percaya Tuhan, tapi mereka tidak tahu peran Tuhan dalam hidup mereka, tidak tahu hukum – hukum Tuhan.
Jadi mereka cuma tahu Tuhan itu yang menciptakan. Hanya itu. Yang menentukan hidup mereka di dunia ini hanya jerih payah mereka. Urusannya nanti setelah mati mereka ke mana itu ada. Kalau mereka berbuat baik ya bisa masuk surga, kalau jahat masuk neraka . mereka bisa menikah secara Kristen, meninggal secara Shinto. Jadi agama itu bukan satu way of life mereka. Jadi yang perlu ditanamkan pada anak – anak kita itu agama harus dijadikan way of life.
Orang zaman dulu lebih tahan dengan konflik. Lain dengan anak – anak zaman sekarang, begitu ada konflik sedikit sudah tidak tahan dan lebih mudah bunuh diri. Figthing spirit nya lemah.
Sebenarnya benteng terkahirnya keluarga, tapi semua keluarga di Jepang menganut hal yang sama. Mereka memang tidak punya sifat pasrah, pasrah kepada Tuhan atau pasrah terhadap masalah. Nah, pola keluarga seperti itu sudah mulai masuk ke sini. Waktu mereka dengan keluarga itu sedikit, bisa – bisa dampaknya sama seperti di Jepang. Seperti Jepang kira – kira 20 tahun lalu. Orang kerja dari pagi sampai malam. Anak – anak tidak diarahkan.
Bunuh diri di jepang sekarang banyak pengaruh dari chatting internet. Mereka saling berhubungan dan saling mengajak bunuh diri sama – sama. Sering mereka bunuh diri sama – sama di dalam mobil. Ini yang lagi tren. Makanya sekarang di Jepang banyak di bangun tempat bermain anak – anak, lapangan – lapangan dengan pelatih – pelatih, untuk menjauhkan anak – anak dari chatting atau email tidak terarah melalui internet.
Kemudian mereka dihimbau untuk mengurangi nonton film, karena banyak anak – anak bunuh diri dengan cara gantung diri karena menonton film. Film – film drama pada umumnya. Ada kasus anak kecil ( SD ) bunuh orang, karena dia berpikir orang yang dibunuh di suatu film bisa hidup lagi di film lain. Jadi dia bunuh orang karena dia berpikir orang itu bisa hidup lagi di tempat lain. Itu semua karena orang tua tidak pernah mengajarkan atau memberi pengertian yang sebenarnya.
Jadi sekarang mereka banyak dihimbau untuk bermain diluar, bersosialisasi, membagi waktu. Jepang bagus sekali untuk dijadikan acuan untuk mengantisipasi kejadian yang sama di Negara kita. Anehnya olahragawan jarang bunuh diri, yang banyak itu yang kurang bersosialisasi.
sumber media rajawali 12 oketober 2006
Di kalangan masyarakat Jepang ada kategori aib yang dapat memicu orang untuk bunuh diri. Aib yang dimaksud adalah aib pribadi. Ukuran besar kecilnya suatu aib tergantung masing – masing pribadi. Nah, pertanyaannya, kenapa di Jepang begitu mudah orang mudah bunuh diri? Karena bagi mereka, pemahaman kematian berbeda dengan kita. Kalau kita bunuh diri itu sesuatu yang bertentangan dengan norma agama dan akibatnya bisa masuk neraka.
Sedangkan bagi mereka bunuh diri itu merupakan sesuatu yang terhormat, daripada menanggung malu. Ada yang namanya semangat busido, yaitu cerita ksatria samurai zaman dulu yang daripada dia kalah perang atau ditawan dan malu, lebih terhormat jika dia bunuh diri.
Jadi faktor yang mempengaruhi ada faktor psikologi dan ada faktor patriotisme. Kalo dari psikologinya kan dia sudah putus asa. Tapi lebih banyak patriotismenya. Tidak jarang anak SD saja bisa bunuh diri gara – gara tidak naik kelas atau rapornya jelek, dan itu sudah terjadi dari tahun 70 an. Setiap musim kenaikan kelas ada 30 anak kedapatan bunuh diri. Ada juga kejadian sekarang ini karena stress. Bahkan setiap hari ada kasus bunuh diri karena stress, termasuk karena putus cinta. Umumnya anak muda.
Lebih banyak bukan karena putus cinta tapi karena menanggung malu akibat tidak naik kelas atau tidak lulus ujian di sekolah atau perguruan tinggi. Memang karakter heroiknya kuat. Misalnya beberapa waktu lalu, ketika ada kejadian tabrakan kereta api, atau dulu pernah ada kejadian pesawat Japan Airlines jatuh, meskipun itu sebenarnya musibah tapi pimpinan lembaga – lembaga publik itu turun semua, tanpa disuruh atau diminta. Jadi sifat sportif atau ksatrianya besar sekali.
Sampai direktur yang turun itu keliling ke rumah – rumah korban satu persatu untuk minta maaf. Walaupun bawahannya yang melakukan kesalahan. Begitu juga setelah kejadian tabrakan kereta api yang merenggut nyawa 107 orang, semua pimpinannya minta maaf, tidak pakai alasan atau menyalahkan ini-itu, atau cari kambing hitam. Jadi alasan mereka bunuh diri itu bisa sama banyak dan sama kuat dengan minta maaf.
Waktu lalu ada kejadian korupsi dan ketahuan, koruptornya lalu bunuh diri, karena merasa malu besar. Padahal korupsinya cuma “sedikit”, cuma beberapa juta yen.
Bagaimana dengan kalangan anak muda? Kebanyakan mereka bunuh diri gara –gara gagal sekolah atau gagal karier, misalnya dipecat, bukan karena asmara. Kasus konflik keluarga boleh dikata tidak ada, cuma sedikit sekali. Konflik keluarga itu malah terbalik, dia bukan bunuh diri tapi dia membunuh.
Anak bisa membunuh orang tuanya sendiri. Jadi lebih berpikir ke diri sendiri, kalo ada orang lain salah dia bunuh atau entah siapa yang salah kalau kesalahannya terlalu diungkit lalu timbul rasa malu, dia bisa menyerang balik, pernah kejadian satu keluarga dibunuh salah seorang anak di dalam rumah itu.
Zaman dahulu ada faktor sistem pendidikan mereka yang ketat sekali, istilah mereka itu “ ibu pendidik “. Misalnya kalo lulus dari SD ini hanya bisa masuk SMP itu. Terus kalo dari SMP itu hanya bisa masuk SMA yang tertentu juga. Dari kecil mereka sudah dipaksa belajar dengan keras dan diarahkan supaya mereka bisa masuk ke sekolah yang dituju. Nah, sekarang ini banyak kasus yang meledak hingga banyak orang tua yang takut sama anak. Anak – anak jadi galak, mulai tidak mau sekolah gara – gara tekanan dan didikan dari kecil. Misalnya dari TK A, pilihan SD nya sudah terbatas, demikian juga kalo mau ke SMP, SMA. Bahkan sampai Universitasnya terbatas.
Jadi orang tua peranannya besar, mulai dari kecil untuk mendidik lebih keras. Faktor ini yang membuat kegagalan menjadi besar, lingkunganlah yang membuat kegagalan jadi besar. Kalo kita kan berfikir tidak naik kelas saja kok bunuh diri. Bagi mereka itu suatu rentetan masa depan. Ini yang jadi masalah, malu terhadap teman – teman, takut terhadap orang tua. Jadi orang tua sekarang takut anak mereka nekat – nekat. Bukan Cuma takut mereka nekat bunuh diri tapi juga mereka bisa menganiaya orang tuanya sendiri.
Sifat bunuh diri itu memang sifat turun temurun dari zaman perang. Kasus bunuh diri ini tiap hari pasti ada di seluruh jepang. Gambaran pahlawan yang paling berpengaruh itu dari zamannya Perang Dunia II. Banyak orang yang masuk cerobong Kamikaze, pesawat yang mereka awaki dijatuhkan ke cerobong kapal perang musuh sampai meledak dan tenggelam.
Itu mereka bilang mati terhormat. Jadi bukan kecewa tapi mengorbankan diri. Tapi itu kan situasi yang mendesak, lebih baik ikut daripada dibilang penakut. Jadi kuncinya ya balik lagi ke rasa malu terhadap diri sendiri. Kamikaze itu satu pola resmi, suatu pasukan untuk bunuh diri. Jadi mereka menyiapkan diri untuk mati. Itu yang mati mulai umur 16 sampai 20 tahunan.
Bedanya dengan bom bunuh diri, kamikaze tidak bikin terror. Pokoknya ada hubungannya dengan kesatriaan . seperti samurai, kalau kalah dan tidak terbunuh pasti malu. Kalau teroris itu sakit hati dengan orang, pasang bom di badan sendiri terus membunuh banyak orang. Kalo kamikaze ya membunuh badan sendiri.
Beda dengan di negeri kita, banyak sekali yang bunuh diri karena putus cinta atau kondisi ekonomi. Kalau di Jepang justru karena malu, sudah berusaha dengan keras tapi masih gagal. Kalo putus cinta bukan karakter heorik tapi keputusasaan. Dan mereka sebenarnya bukan orang yang cepat putus asa.
Kenapa di jepang sampai ada fenomena seperti itu, karena di sana tidak ada peran agama. Di sekolah tidak diajarkan pelajaran agama, sehingga generasi muda Jepang sekarang ini bisa dibilang tidak punya agama. Kalo dulu dirumah orang – orang tua masih kelihatan ada tempat – tempat untuk sembahyang agama Shinto.
Sekarang sudah tidak ada. Jadi sudah seperti atheis. Ciri – cirinya yang paling kelihatan, mereka menikah secara Kristen atau Katholik di gereja, ikut merayakan Natal, mereka percaya Tuhan, tapi mereka tidak tahu peran Tuhan dalam hidup mereka, tidak tahu hukum – hukum Tuhan.
Jadi mereka cuma tahu Tuhan itu yang menciptakan. Hanya itu. Yang menentukan hidup mereka di dunia ini hanya jerih payah mereka. Urusannya nanti setelah mati mereka ke mana itu ada. Kalau mereka berbuat baik ya bisa masuk surga, kalau jahat masuk neraka . mereka bisa menikah secara Kristen, meninggal secara Shinto. Jadi agama itu bukan satu way of life mereka. Jadi yang perlu ditanamkan pada anak – anak kita itu agama harus dijadikan way of life.
Orang zaman dulu lebih tahan dengan konflik. Lain dengan anak – anak zaman sekarang, begitu ada konflik sedikit sudah tidak tahan dan lebih mudah bunuh diri. Figthing spirit nya lemah.
Sebenarnya benteng terkahirnya keluarga, tapi semua keluarga di Jepang menganut hal yang sama. Mereka memang tidak punya sifat pasrah, pasrah kepada Tuhan atau pasrah terhadap masalah. Nah, pola keluarga seperti itu sudah mulai masuk ke sini. Waktu mereka dengan keluarga itu sedikit, bisa – bisa dampaknya sama seperti di Jepang. Seperti Jepang kira – kira 20 tahun lalu. Orang kerja dari pagi sampai malam. Anak – anak tidak diarahkan.
Bunuh diri di jepang sekarang banyak pengaruh dari chatting internet. Mereka saling berhubungan dan saling mengajak bunuh diri sama – sama. Sering mereka bunuh diri sama – sama di dalam mobil. Ini yang lagi tren. Makanya sekarang di Jepang banyak di bangun tempat bermain anak – anak, lapangan – lapangan dengan pelatih – pelatih, untuk menjauhkan anak – anak dari chatting atau email tidak terarah melalui internet.
Kemudian mereka dihimbau untuk mengurangi nonton film, karena banyak anak – anak bunuh diri dengan cara gantung diri karena menonton film. Film – film drama pada umumnya. Ada kasus anak kecil ( SD ) bunuh orang, karena dia berpikir orang yang dibunuh di suatu film bisa hidup lagi di film lain. Jadi dia bunuh orang karena dia berpikir orang itu bisa hidup lagi di tempat lain. Itu semua karena orang tua tidak pernah mengajarkan atau memberi pengertian yang sebenarnya.
Jadi sekarang mereka banyak dihimbau untuk bermain diluar, bersosialisasi, membagi waktu. Jepang bagus sekali untuk dijadikan acuan untuk mengantisipasi kejadian yang sama di Negara kita. Anehnya olahragawan jarang bunuh diri, yang banyak itu yang kurang bersosialisasi.
sumber media rajawali 12 oketober 2006
Mewaspadai Ragam Kanker Saluran Cerna
Kanker merupakan penyakit yang bisa menyerang berbagai organ tubuh, termasuk saluran cerna. Mulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus 12 jari, usus halus, usus besar, hingga anus dapat terserang sel – sel ganas itu. Pun demikian dengan organ yang terlibat dalam pencernaan makanan seperti hati, limpa, dan pankreas.
Diantara berbagai kanker saluran cerna, yang paling sering ditemui ialah kanker usus besar (kolon), hati, dan lambung. Di Indonesia, kanker kolon bahkan menempati urutan ketiga dalam daftar kasus kanker terbanyak setelah kanker payudara dan leher rahim.
” hampir setiap hari saya menerima pasien yang harus menjalani operasi pemotongan usus besar karena kanker,” ujar konsultan bedah digestif RS Dharmais dr Fajar Firsyada SpB – KBD, di Jakarta, Kemarin. Sayangnya, lanjut Fajar, meski kasusnya terbilang banyak, pengetahuan masyarakat akan kanker saluran cerna sepertinya belum memadai. Terbukti, sebagian besar kasus yang diperikasakan ke RS sudah dalam stadium lanjut, yakni stadium tiga atau empat ketika kanker sudah menyebar ke organ tubuh lain.
Lebih lanjut fajar menjelaskan sejumlah gejala kanker saluran cerna yang perlu diwaspadai. Untuk kanker hati, gejalanya antara lain penurunan berat badan, mual muntah, demam, kulit dan mata menguning, feses menghitam, kadang disertai ketegangan pada perut dan nyeri.
” untuk memastikannya, perlu pemerikasaan USG hati, kadar alfa fetoprotein di darah, dan biopsi jaringan hati,” jelas Fajar. Golongan berisiko kanker hati antara lain penderita hepatitis B dan C, pecandu alkohol, dan mereka yang punya riwayat keluarga penderita kanker hati. Kalangan tersebut disarankan melakukan pemerikasaan berkala demi mengantisipasi dan mendeteksi dini kanker hati. Kanker selanjutnya ialah kanker esofagus. Gejalanya antara lain, sulit menelan makanan padat ataupun cair, nyeri dada, feses menghitam, dan penurunan berat badan.
Adapun pada kanker lambung, gejalanya kadang sulit dikenali. Bisa saja penderita hanya merasakan ketidaknyamanan di perut seperti gejala maag. Namun bila kanker sudah mencapai tahap lanjut gejala yang muncul ialah feses menghitam, nyeri lambung, dan penurunan berat badan. “ karena itulah, mereka yang mengalami keluhan maag kronis atau berulang tidak kunjung sembuh disarankan untuk melakukan pemeriksaan endoskopi atau gastroskopi ( peneropongan kondisi dalam lambung), jangan hanya mengandalkan obat – obatan maag,” kata fajar mewanti – wanti.
Kanker saluran cerna jenis berikutnya ialah kanker usus halus. Kanker tersebut termasuk jarang terjadi.
sumber media indonesia
Diantara berbagai kanker saluran cerna, yang paling sering ditemui ialah kanker usus besar (kolon), hati, dan lambung. Di Indonesia, kanker kolon bahkan menempati urutan ketiga dalam daftar kasus kanker terbanyak setelah kanker payudara dan leher rahim.
” hampir setiap hari saya menerima pasien yang harus menjalani operasi pemotongan usus besar karena kanker,” ujar konsultan bedah digestif RS Dharmais dr Fajar Firsyada SpB – KBD, di Jakarta, Kemarin. Sayangnya, lanjut Fajar, meski kasusnya terbilang banyak, pengetahuan masyarakat akan kanker saluran cerna sepertinya belum memadai. Terbukti, sebagian besar kasus yang diperikasakan ke RS sudah dalam stadium lanjut, yakni stadium tiga atau empat ketika kanker sudah menyebar ke organ tubuh lain.
Lebih lanjut fajar menjelaskan sejumlah gejala kanker saluran cerna yang perlu diwaspadai. Untuk kanker hati, gejalanya antara lain penurunan berat badan, mual muntah, demam, kulit dan mata menguning, feses menghitam, kadang disertai ketegangan pada perut dan nyeri.
” untuk memastikannya, perlu pemerikasaan USG hati, kadar alfa fetoprotein di darah, dan biopsi jaringan hati,” jelas Fajar. Golongan berisiko kanker hati antara lain penderita hepatitis B dan C, pecandu alkohol, dan mereka yang punya riwayat keluarga penderita kanker hati. Kalangan tersebut disarankan melakukan pemerikasaan berkala demi mengantisipasi dan mendeteksi dini kanker hati. Kanker selanjutnya ialah kanker esofagus. Gejalanya antara lain, sulit menelan makanan padat ataupun cair, nyeri dada, feses menghitam, dan penurunan berat badan.
Adapun pada kanker lambung, gejalanya kadang sulit dikenali. Bisa saja penderita hanya merasakan ketidaknyamanan di perut seperti gejala maag. Namun bila kanker sudah mencapai tahap lanjut gejala yang muncul ialah feses menghitam, nyeri lambung, dan penurunan berat badan. “ karena itulah, mereka yang mengalami keluhan maag kronis atau berulang tidak kunjung sembuh disarankan untuk melakukan pemeriksaan endoskopi atau gastroskopi ( peneropongan kondisi dalam lambung), jangan hanya mengandalkan obat – obatan maag,” kata fajar mewanti – wanti.
Kanker saluran cerna jenis berikutnya ialah kanker usus halus. Kanker tersebut termasuk jarang terjadi.
sumber media indonesia
Zat Asam Empedu Beruang Jaga Irama Jantung
Gangguan dan penyakit jantung masih menjadi pembunuh nomor satu di dunia. Sebab, selain menyerang orang dewasa dan anak – anak, penyakit tersebut juga menyerang janin.
Sejumlah peneliti dari Imperial College London yang melakukan riset untuk mencegah terjadinya gangguan pada irama jantung pada akhirnya membuahkan hasil. Hasil penelitian di antaranya menunjukkan empedu beruang dapat mencegah terjadinya gangguan irama jantung. Hal itu disebabkan empedu beruang mengandung senyawa disintesis bernama asam ursodeoxycholic (UDCA).
Asam itu diproduksi sebagai obat untuk mengurangi produksi kolestrol dalam tubuh dan melarutkan batu empedu. Penggunaan zat UDCA kerap dijumpai pada obat – obatan tradisional di China. Sejak dulu, masyarakat China dikenal memproduksi obat –obatan dari zat kandungan empedu beruang.
Penelitian terbaru mengungkapkan fungsi lain dari asam ursodeoxycholic, yaitu berpotensi mengobati aritmia atau irama jantung yang abnormal, baik pada janin di dalam kandungan maupun orang yang pernah terkena serangan jantung. Uji laboratorium menunjukkan bahwa UDCA bekerja pada sel yang disebut nonintimiofibrolas patologis, yang mengganggu perjalanan sinyal listrik di jantung. Sinyal listrik itulah yang menghasilkan irama jantung.
Selama ini UDCA telah digunakan untuk mengobati kondisi yang disebut kolestasis obstetric. kolestasis obstetric ialah komplikasi pada trisemester pertama kehamilan yang menyebabkan penumpukan asam empedu dalam aliran darah. Gejala utamanya adalah gatal terus – menerus. Ada kemungkinan sedikit peningkatan risiko komplikasi kehamilan, tapi bukti tersebut tidak meyakinkan. Gejala itu menghilang ketika wanita melahirkan.
Beberapa obat dapat membantu untuk meringankan gatal – gatal. Kondisi kolestasis obstetric terjadi pada satu dari 200 wanita hamil di Inggris dan terkait dengan risiko yang lebih tinggi dari aritmia dan kematian mendadak pada janin. UDCA juga menurunkan tingkat asam empedu berbahaya yang terkumpul dalam darah ibu dan dapat masuk ke janin atau bayi melalui plasenta.
Penelitian tersebut dipublikasikan pertama kalinya untuk menunjukkan bahwa UDCA dapat mencegah aritmia dengan mengubah sifat listrik sel miofibroblas. Sel – sel itu ditemukan di jantung janin, tetapi segera hilang setelah bayi lahir. Namun, mereka muncul kembali pada pasien yang terkena serangan jantung. Studi tersebut menemukan bahwa sel – sel itu mengganggu transmisi sinyal listrik yang mengontrol irama jantung.
Jantung janin.
Rangkaian penelitian itu merupakan hasil kolaborasi jangka panjang di antara dua kelompok peneliti yang dipimpin Dr Julia Gorelik di National Heart dan Paru Institute dan Profesor Catherine Williamson di Institut Biologi Reproduksi dan Perkembangan. Dr Julia Gorelik mengaku bangga dengan hasil penelitian timnya. Sebab, selama ini perawatan yang ada sangat tidak efektif untuk mencegah aritmia pada pasien yang menderita irama jantung yang abnormal setelah serangan jantung terjadi.
“Hasil dari laboratorium menunjukkan bahwa UDCA dapat membantu otot jantung melakukan sinyal listrik lebih normal. Kami berharap dapat melakukan sebuah percobaan klinis guna menguji apakah hasil ini dapat dilakukan pada pasien gagal jantung ,” ujarnya.
Para peneliti menjadi tertarik oleh peran miofibroblas setelah mengamati peranan tersebut muncul di jaringan jantung janin pada trismester kedua dan ketiga kehamilan. Kematian mendadak pada bayi umumnya dipengaruhi kolestasis obstetric. Peneliti juga meneliti miofibroblas pada sel – sel otot jantung dan membuat model untuk mempelajari jantung janin.
Kemudian mereka mencoba menggunakan sejumlah teknik mikroskopis khusus untuk mempelajari bagaimana sel berkomunikasi dengan sinyal listrik. Mengekspos sel tingkat tinggi dari asam empedu, seperti yang ditemukan pada ibu dan darah janin pada kolestasis obstetric, menyebabkan sel memberi sinyal listrik lebih lambat dan meningkatkan kemungkinan aritmia.
Efek itu tidak terlihat ketika tidak ada miofibroblas di antara sel – sel otot jantung, seperti pada jantung orang dewasa yang sehat. Sel yang diobati dengan UDCA mengubah sifat listrik dan miofibroblas dan sinyal – sinyal listrik yang disebarkan di seluruh sel menjadi teratur.
“Miofibroblas memengaruhi propagasi sinyal listrik yang mengoordinasikan fungsi pemompaan jantung,” kata Dr Michele Miragoli, penulis pertama studi tersebut. Propagasi merupakan proses penyebaran sinyal dari satu tempat ke tempat lain, yakni dalam hal ini sinyal listrik yang dihasilkan jantung.
“Komplikasi dari kolestasis obstetric terjadi paling sering pada trimester terakhir kehamilan, ketika terjadi kepadatan miofibroblas tertinggi pada jantung janin.studi kami menunjukkan bahwa penampakan sel – sel miofibroblas membuat janin rentan terhadap aritmia di kolestasis obstetric. Kami berpikir bahwa penargetan sel – sel ini bias menjadi pendekatan baru yang penting untuk mencegah irama jantung abnormal, tidak hanya pada janin, tetapi juga orang – orang yang memiliki serangan jantung, “ terang Dr Michele.
Para peneliti sepakat mengembangkan penelitian itu.
sumber : media indonesia 18 april 2011
Sejumlah peneliti dari Imperial College London yang melakukan riset untuk mencegah terjadinya gangguan pada irama jantung pada akhirnya membuahkan hasil. Hasil penelitian di antaranya menunjukkan empedu beruang dapat mencegah terjadinya gangguan irama jantung. Hal itu disebabkan empedu beruang mengandung senyawa disintesis bernama asam ursodeoxycholic (UDCA).
Asam itu diproduksi sebagai obat untuk mengurangi produksi kolestrol dalam tubuh dan melarutkan batu empedu. Penggunaan zat UDCA kerap dijumpai pada obat – obatan tradisional di China. Sejak dulu, masyarakat China dikenal memproduksi obat –obatan dari zat kandungan empedu beruang.
Penelitian terbaru mengungkapkan fungsi lain dari asam ursodeoxycholic, yaitu berpotensi mengobati aritmia atau irama jantung yang abnormal, baik pada janin di dalam kandungan maupun orang yang pernah terkena serangan jantung. Uji laboratorium menunjukkan bahwa UDCA bekerja pada sel yang disebut nonintimiofibrolas patologis, yang mengganggu perjalanan sinyal listrik di jantung. Sinyal listrik itulah yang menghasilkan irama jantung.
Selama ini UDCA telah digunakan untuk mengobati kondisi yang disebut kolestasis obstetric. kolestasis obstetric ialah komplikasi pada trisemester pertama kehamilan yang menyebabkan penumpukan asam empedu dalam aliran darah. Gejala utamanya adalah gatal terus – menerus. Ada kemungkinan sedikit peningkatan risiko komplikasi kehamilan, tapi bukti tersebut tidak meyakinkan. Gejala itu menghilang ketika wanita melahirkan.
Beberapa obat dapat membantu untuk meringankan gatal – gatal. Kondisi kolestasis obstetric terjadi pada satu dari 200 wanita hamil di Inggris dan terkait dengan risiko yang lebih tinggi dari aritmia dan kematian mendadak pada janin. UDCA juga menurunkan tingkat asam empedu berbahaya yang terkumpul dalam darah ibu dan dapat masuk ke janin atau bayi melalui plasenta.
Penelitian tersebut dipublikasikan pertama kalinya untuk menunjukkan bahwa UDCA dapat mencegah aritmia dengan mengubah sifat listrik sel miofibroblas. Sel – sel itu ditemukan di jantung janin, tetapi segera hilang setelah bayi lahir. Namun, mereka muncul kembali pada pasien yang terkena serangan jantung. Studi tersebut menemukan bahwa sel – sel itu mengganggu transmisi sinyal listrik yang mengontrol irama jantung.
Jantung janin.
Rangkaian penelitian itu merupakan hasil kolaborasi jangka panjang di antara dua kelompok peneliti yang dipimpin Dr Julia Gorelik di National Heart dan Paru Institute dan Profesor Catherine Williamson di Institut Biologi Reproduksi dan Perkembangan. Dr Julia Gorelik mengaku bangga dengan hasil penelitian timnya. Sebab, selama ini perawatan yang ada sangat tidak efektif untuk mencegah aritmia pada pasien yang menderita irama jantung yang abnormal setelah serangan jantung terjadi.
“Hasil dari laboratorium menunjukkan bahwa UDCA dapat membantu otot jantung melakukan sinyal listrik lebih normal. Kami berharap dapat melakukan sebuah percobaan klinis guna menguji apakah hasil ini dapat dilakukan pada pasien gagal jantung ,” ujarnya.
Para peneliti menjadi tertarik oleh peran miofibroblas setelah mengamati peranan tersebut muncul di jaringan jantung janin pada trismester kedua dan ketiga kehamilan. Kematian mendadak pada bayi umumnya dipengaruhi kolestasis obstetric. Peneliti juga meneliti miofibroblas pada sel – sel otot jantung dan membuat model untuk mempelajari jantung janin.
Kemudian mereka mencoba menggunakan sejumlah teknik mikroskopis khusus untuk mempelajari bagaimana sel berkomunikasi dengan sinyal listrik. Mengekspos sel tingkat tinggi dari asam empedu, seperti yang ditemukan pada ibu dan darah janin pada kolestasis obstetric, menyebabkan sel memberi sinyal listrik lebih lambat dan meningkatkan kemungkinan aritmia.
Efek itu tidak terlihat ketika tidak ada miofibroblas di antara sel – sel otot jantung, seperti pada jantung orang dewasa yang sehat. Sel yang diobati dengan UDCA mengubah sifat listrik dan miofibroblas dan sinyal – sinyal listrik yang disebarkan di seluruh sel menjadi teratur.
“Miofibroblas memengaruhi propagasi sinyal listrik yang mengoordinasikan fungsi pemompaan jantung,” kata Dr Michele Miragoli, penulis pertama studi tersebut. Propagasi merupakan proses penyebaran sinyal dari satu tempat ke tempat lain, yakni dalam hal ini sinyal listrik yang dihasilkan jantung.
“Komplikasi dari kolestasis obstetric terjadi paling sering pada trimester terakhir kehamilan, ketika terjadi kepadatan miofibroblas tertinggi pada jantung janin.studi kami menunjukkan bahwa penampakan sel – sel miofibroblas membuat janin rentan terhadap aritmia di kolestasis obstetric. Kami berpikir bahwa penargetan sel – sel ini bias menjadi pendekatan baru yang penting untuk mencegah irama jantung abnormal, tidak hanya pada janin, tetapi juga orang – orang yang memiliki serangan jantung, “ terang Dr Michele.
Para peneliti sepakat mengembangkan penelitian itu.
sumber : media indonesia 18 april 2011
Selasa, 06 Maret 2012
Penalaran , Induksi & Deduktif.
BAHASA INDONESIA II SOFT SKILL
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).
Metode dalam menalar
1. Metode induktif
Metode berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti. Generalisasi adalah bentuk dari metode berpikir induktif. Contoh:
Jika dipanaskan, besi memuai.
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jika dipanaskan, emas memuai.
Jika dipanaskan, platina memuai.
Jika ada udara, manusia akan hidup.
Jika ada udara, hewan akan hidup.
Jika ada udara, tumbuhan akan hidup.
Jika ada udara mahkluk hidup akan hidup
2. Metode deduktif
Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Contoh: Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.
Konsep dan simbol dalam penalaran
Penalaran juga merupakan aktivitas pikiran yang abstrak, untuk mewujudkannya diperlukan simbol. Simbol atau lambang yang digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud penalaran akan akan berupa argumen.
Kesimpulannya adalah pernyataan atau konsep adalah abstrak dengan simbol berupa kata, sedangkan untuk proposisi simbol yang digunakan adalah kalimat (kalimat berita) dan penalaran menggunakan simbol berupa argumen. Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran konklusi dari premis.
Berdasarkan paparan di atas jelas bahwa tiga bentuk pemikiran manusia adalah aktivitas berpikir yang saling berkait. Tidak ada ada proposisi tanpa pengertian dan tidak akan ada penalaran tanpa proposisi. Bersama – sama dengan terbentuknya pengertian perluasannya akan terbentuk pula proposisi dan dari proposisi akan digunakan sebagai premis bagi penalaran. Atau dapat juga dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi sedangkan proposisi merupakan hasil dari rangkaian pengertian.
Syarat-syarat kebenaran dalam penalaran
Jika seseorang melakukan penalaran, maksudnya tentu adalah untuk menemukan kebenaran. Kebenaran dapat dicapai jika syarat – syarat dalam menalar dapat dipenuhi.
Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan – aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran
INDUKSI DAN DEDUKSI
Apa yang dimaksud dengan induksi dan deduksi? Yang akan dibicarakan dalam tulisan ini bukan semata-mata cara pengambilan kesimpulan dalam sebuah paragraf, ya! Pada tulisan ini, akan dibahas mengenai metode berpikir induksi dan deduksi yang biasa digunakan untuk menyimpulkan sesuatu.
Induksi adalah pengambilan kesimpulan secara umum dengan berdasarkan pengetahuan yang diperoleh dari fakta-fakta khusus. Sedangkan deduksi adalah pengambilan kesimpulan untuk suatu atau beberapa kasus khusus yang didasarkan kepada suatu fakta umum.
Pengetahuan induksi dan deduksi diperlukan manusia untuk tetap lolos dari seleksi alam. Tinjau seorang manusia purba bernama Sandi. Pada suatu hari, Sandi melihat seekor singa memangsa Ivan. Pada hari berikutnya, Sandi melihat singa tersebut memangsa Inud. Dari dua kejadian ini, Sandi menyimpulkan: Singa suka memangsa manusia. Hal ini berarti Sandi telah melakukan kesimpulan secara induktif. Beberapa hari kemudian, Sandi bertemu dengan singa. Ia masih ingat kesimpulannya bahwa singa suka memakan manusia (premis mayor). Ia juga tahu bahwa dirinya adalah manusia (premis minor). Sehingga ia menyimpulkan bahwa Singa suka memangsa dirinya. Kesimpulan ini adalah kesimpulan secara deduktif.
Metode berpikir induksi sifatnya spekulatif. Jika diketahui bahwa “Saya butuh makan”, “Evan butuh makan”, “Avi butuh makan”, dan “Steph butuh makan”, maka dengan induksi, kita dapat menyimpulkan bahwa “Semua manusia butuh makan”. Tentu cara pengambilan kesimpulan seperti ini dapat menimbulkan kesalahan. Contohnya, jika diketahui “Teman Saya berkulit putih”, “Orang tua Saya berkulit putih”, dan “Saudara Saya berkulit putih”, maka dengan induksi, kita juga dapat menyimpulkan bahwa “Semua manusia berkulit putih”. Kesimpulan yang diambil dalam metode induksi ini mencakup hal yang lebih luas dari fakta-fakta sebelumnya sehingga berpotensi salah seperti contoh tadi.
Berbeda dengan induksi, metode berpikir deduksi sifatnya pasti. Metode ini dimulai dengan diterimanya suatu premis mayor. Contoh: “Semua manusia akan mati” (premis mayor). Kemudian, anggap kita memiliki premis minor: “Socrates adalah manusia”. Karena Socrates adalah manusia, maka Socrates memiliki sifat-sifat yang dimiliki semua manusia. Oleh karena itu, secara deduktif dapat disimpulkan bahwa Socrates juga akan mati. Dapat juga dikatakan bahwa deduksi bersifat tertutup karena kesimpulan yang diambil tidak boleh ditarik dari luar premis mayor. Asalkan semua premisnya benar, maka kesimpulan yang diambil secara deduktif juga akan benar.
INDUKSI
METODE BERPIKIR SAINTIFIK
Mengenal Alam Sekitar Dengan Induksi
Sewaktu kecil, kita memperhatikan bahwa matahari terbit di timur. Hari berikutnya, masih demikian. Hari berikutnya, masih juga demikian. Sampai hari ini, matahari masih juga terbit di timur. Berdasarkan pengalaman ini, maka kita menyimpulkan bahwa setiap hari matahari terbit di timur. Perhatikan cara pengambilan kesimpulan ini. Fakta-fakta khusus melahirkan sebuah kesimpulan umum. Ini adalah penarikan kesimpulan secara induktif. Apakah dapat dipastikan bahwa esok matahari juga terbit di timur? Tidak. Kita hanya dapat menganggap bahwa sangat besar kemungkinannya untuk matahari terbit di timur lagi pada esok hari. Hal ini sesuai dengan sifat induksi yang spekulatif.
Coba perhatikan, bagaimana kita dapat menyimpulkan bahwa semua benda akan jatuh jika dilepaskan pada ketinggian tertentu? Pertama, kita ambil botol lalu melepaskannya. Botol tersebut jatuh. Kemudian kita melakukan hal yang sama dengan pensil, sandal, batu, kelereng, topi, dan apel. Ternyata semuanya juga jatuh. Dari berbagai percobaan ini, kita dapat menyimpulkan bahwa semua benda akan jatuh jika dilepaskan pada ketinggian tertentu (induksi). Apakah dapat dipastikan bahwa benda-benda lain pasti akan jatuh jika dilepaskan pada ketinggian tertentu? Tidak. Kita hanya dapat mengatakan bahwa kemungkinan besar benda tersebut akan jatuh juga.
Demikianlah cara kita mengenal hukum-hukum alam pada kegiatan sehari-hari, yaitu dengan cara induksi. Metode induksi ini merupakan metode yang umum digunakan. Berikutnya, kita akan melihat bagaimana sains menggunakan metode ini untuk mengambil kesimpulan.
Sains, Metode Ilmiah, dan Peran Induksi
Syarat suatu ilmu dapat digolongkan ke dalam sains adalah ilmu tersebut dapat dibuktian dengan menggunakan metode ilmiah. Dalam metoda ilmiah ini, suatu hipotesis harus sesuai dengan eksperimen. Pada eksperimen pertama, hipotesis benar (sesuai hasil pengamatan). Pada eksperimen berikutnya, hipotesis tersebut kembali benar. Pada eksperimen berikutnya lagi, hipotesis tersebut masih juga benar. Dan seterusnya. Dari sejumlah eksperimen yang sudah dilakukan ini, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa hipotesis tersebut benar. Ini adalah pengambilan kesimpulan dengan metode induksi. Apakah dapat dipastikan bahwa hipotesis tersebut juga akan sesuai dengan pengamatan pada eksperimen yang dilakukan di waktu mendatang? Tidak. Kita hanya dapat meyakini bahwa hipotesis tersebut kemungkinan besar sesuai dengan hasil pengamatan pada eksperimen di waktu mendatang.
Dengan penggunaan metode induksi sebagai dasar pola berpikir saintifik, berarti masih terdapat kemungkinan bahwa seluruh pengetahuan pada sains adalah salah! Kalau begitu, apakah yang kita pelajari saat ini adalah kesia-siaan belaka? Tentu tidak. Memang benar bahwa kita tidak dapat memastikan bahwa suatu teori/hipotesis itu benar, namun kita dapat memastikan bahwa teori/hipotesis itu belum salah. Ini adalah landasan berpikir saintifik. Selama masih belum ditemukan kesalahan teori tersebut, maka teori tersebut akan selalu dianggap benar.
Sebagai catatan tambahan, sains juga menggunakan metode berpikir deduksi terutama dalam memprediksi suatu kejadian. Teori adalah premis mayornya. Suatu kesimpulan (dalam hal memprediksi) tidak boleh diambil diluar batasan teori/premis mayor ini.
DEDUKSI
METODE BERPIKIR MATEMATIS
Penalaran Matematika
Matematika bukanlah ilmu yang didasari atas percobaan dan pengamatan sehingga membuatnya dibedakan dengan sains. Perhatikan saja, apakah kebenaran 1+1=2 adalah sesuatu yang kita peroleh melalui percobaan dan pengamatan? Tentu tidak. Kebenaran 1+1=2 merupakan sesuatu yang kita terima begitu saja. Kalau begitu, bagaimana sejumlah teori matematika yang pernah ada dapat muncul? Bagaimana tarikan logika agar kita dapat menyimpulkan bahwa suatu teori itu benar secara matematis?
Secara singkat, dapat dikatakan bahwa penalaran matematika dimulai dari diterimanya kebenaran beberapa aksioma. Aksioma adalah suatu kebenaran yang dapat kita terima begitu saja (tanpa ada pembuktian apapun). Contoh: Aksioma bilangan bulat yang diusulkan oleh Guiseppe Peano (1858 - 1932). Aksioma tersebut secara tidak langsung menyatakan bahwa suatu bilangan bulat jika ditambahkan dengan 1 (satu), maka akan menghasilkan bilangan bulat pada urutan berikutnya. Contohnya, jika diambil angka “3″, maka jika angka tersebut ditambahkan dengan “1″, maka akan menghasilkan bilangan bulat berikutnya dari “3″, yaitu “4″.
Teorema matematika diturunkan dari satu atau irisan beberapa aksioma. Kebenaran teorema ini harus dapat dibuktikan berdasarkan hukum-hukum yang berlaku pada aksioma. Dengan kata lain, kesimpulan yang diambil pada pembuatan teorema tidak boleh keluar dari ruang lingkup aksioma yang berlaku.
Contoh teorema: Dua ditambah tiga sama dengan lima. Teorema ini dibuktikan (berdasarkan aksioma bilangan bulat oleh Peano) sebagai berikut:
2 + 3
<=> 2+2+1 (2 merupakan bilangan bulat sebelum 3)
<=> 2+1+1+1 (1 merupakan bilangan bulat sebelum 2)
<=> 3+1+1 (3 merupakan bilangan bulat setelah 2)
<=> 4+1 (4 merupakan bilangan bulat setelah 3)
<=> 5 (5 merupakan bilangan bulat setelah 4)
Sehingga dapat disimpulkan bahwa teorema yang menyebutkan 2+3=5 adalah benar!
Deduksi
Dilihat dari cara penurunannya, kesimpulan yang diambil dalam pembuatan teorema adalah kesimpulan yang sifatnya pasti (tidak spekulatif). Asalkan didasari dengan aksioma yang benar, maka teorema-teorema yang diturunkan juga pasti benar. Inilah sifat matematika: pasti. Disebut apakah cara pengambilan kesimpulan seperti ini? Kita sudah mengenal bahwa pengambilan kesimpulan seperti ini disebut dengan metode deduksi.
Aksioma berfungsi sebagai premis mayor dalam pengambilan kesimpulan. Yang berfungsi sebagai premis minor adalah ruang lingkup yang ingin ditelaah oleh sebuah teorema. Hasil penarikan kesimpulan dari kedua premis ini adalah teoremanya.
Untuk kepentingan praktis, terkadang suatu teorema tidak harus diturunkan dari aksioma tetapi cukup diturunkan dari teorema lain yang sudah dibuktikan terlebih dahulu. Selain itu, juga untuk kepentingan praktis, terkadang pembuktian tidak perlu dilakukan secara lengkap. Bisa saja suatu pembuktian itu membiarkan suatu bagian tertentu belum terbuktikan. Bagian ini disebut dengan lemma. Jika lemma ini ternyata salah, maka gagal lah seluruh pembuktian yang sudah
Sumber : http://wisnuops.net/blog/?p=5
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).
Metode dalam menalar
1. Metode induktif
Metode berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti. Generalisasi adalah bentuk dari metode berpikir induktif. Contoh:
Jika dipanaskan, besi memuai.
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jika dipanaskan, emas memuai.
Jika dipanaskan, platina memuai.
Jika ada udara, manusia akan hidup.
Jika ada udara, hewan akan hidup.
Jika ada udara, tumbuhan akan hidup.
Jika ada udara mahkluk hidup akan hidup
2. Metode deduktif
Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Contoh: Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.
Konsep dan simbol dalam penalaran
Penalaran juga merupakan aktivitas pikiran yang abstrak, untuk mewujudkannya diperlukan simbol. Simbol atau lambang yang digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud penalaran akan akan berupa argumen.
Kesimpulannya adalah pernyataan atau konsep adalah abstrak dengan simbol berupa kata, sedangkan untuk proposisi simbol yang digunakan adalah kalimat (kalimat berita) dan penalaran menggunakan simbol berupa argumen. Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran konklusi dari premis.
Berdasarkan paparan di atas jelas bahwa tiga bentuk pemikiran manusia adalah aktivitas berpikir yang saling berkait. Tidak ada ada proposisi tanpa pengertian dan tidak akan ada penalaran tanpa proposisi. Bersama – sama dengan terbentuknya pengertian perluasannya akan terbentuk pula proposisi dan dari proposisi akan digunakan sebagai premis bagi penalaran. Atau dapat juga dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi sedangkan proposisi merupakan hasil dari rangkaian pengertian.
Syarat-syarat kebenaran dalam penalaran
Jika seseorang melakukan penalaran, maksudnya tentu adalah untuk menemukan kebenaran. Kebenaran dapat dicapai jika syarat – syarat dalam menalar dapat dipenuhi.
Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan – aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran
INDUKSI DAN DEDUKSI
Apa yang dimaksud dengan induksi dan deduksi? Yang akan dibicarakan dalam tulisan ini bukan semata-mata cara pengambilan kesimpulan dalam sebuah paragraf, ya! Pada tulisan ini, akan dibahas mengenai metode berpikir induksi dan deduksi yang biasa digunakan untuk menyimpulkan sesuatu.
Induksi adalah pengambilan kesimpulan secara umum dengan berdasarkan pengetahuan yang diperoleh dari fakta-fakta khusus. Sedangkan deduksi adalah pengambilan kesimpulan untuk suatu atau beberapa kasus khusus yang didasarkan kepada suatu fakta umum.
Pengetahuan induksi dan deduksi diperlukan manusia untuk tetap lolos dari seleksi alam. Tinjau seorang manusia purba bernama Sandi. Pada suatu hari, Sandi melihat seekor singa memangsa Ivan. Pada hari berikutnya, Sandi melihat singa tersebut memangsa Inud. Dari dua kejadian ini, Sandi menyimpulkan: Singa suka memangsa manusia. Hal ini berarti Sandi telah melakukan kesimpulan secara induktif. Beberapa hari kemudian, Sandi bertemu dengan singa. Ia masih ingat kesimpulannya bahwa singa suka memakan manusia (premis mayor). Ia juga tahu bahwa dirinya adalah manusia (premis minor). Sehingga ia menyimpulkan bahwa Singa suka memangsa dirinya. Kesimpulan ini adalah kesimpulan secara deduktif.
Metode berpikir induksi sifatnya spekulatif. Jika diketahui bahwa “Saya butuh makan”, “Evan butuh makan”, “Avi butuh makan”, dan “Steph butuh makan”, maka dengan induksi, kita dapat menyimpulkan bahwa “Semua manusia butuh makan”. Tentu cara pengambilan kesimpulan seperti ini dapat menimbulkan kesalahan. Contohnya, jika diketahui “Teman Saya berkulit putih”, “Orang tua Saya berkulit putih”, dan “Saudara Saya berkulit putih”, maka dengan induksi, kita juga dapat menyimpulkan bahwa “Semua manusia berkulit putih”. Kesimpulan yang diambil dalam metode induksi ini mencakup hal yang lebih luas dari fakta-fakta sebelumnya sehingga berpotensi salah seperti contoh tadi.
Berbeda dengan induksi, metode berpikir deduksi sifatnya pasti. Metode ini dimulai dengan diterimanya suatu premis mayor. Contoh: “Semua manusia akan mati” (premis mayor). Kemudian, anggap kita memiliki premis minor: “Socrates adalah manusia”. Karena Socrates adalah manusia, maka Socrates memiliki sifat-sifat yang dimiliki semua manusia. Oleh karena itu, secara deduktif dapat disimpulkan bahwa Socrates juga akan mati. Dapat juga dikatakan bahwa deduksi bersifat tertutup karena kesimpulan yang diambil tidak boleh ditarik dari luar premis mayor. Asalkan semua premisnya benar, maka kesimpulan yang diambil secara deduktif juga akan benar.
INDUKSI
METODE BERPIKIR SAINTIFIK
Mengenal Alam Sekitar Dengan Induksi
Sewaktu kecil, kita memperhatikan bahwa matahari terbit di timur. Hari berikutnya, masih demikian. Hari berikutnya, masih juga demikian. Sampai hari ini, matahari masih juga terbit di timur. Berdasarkan pengalaman ini, maka kita menyimpulkan bahwa setiap hari matahari terbit di timur. Perhatikan cara pengambilan kesimpulan ini. Fakta-fakta khusus melahirkan sebuah kesimpulan umum. Ini adalah penarikan kesimpulan secara induktif. Apakah dapat dipastikan bahwa esok matahari juga terbit di timur? Tidak. Kita hanya dapat menganggap bahwa sangat besar kemungkinannya untuk matahari terbit di timur lagi pada esok hari. Hal ini sesuai dengan sifat induksi yang spekulatif.
Coba perhatikan, bagaimana kita dapat menyimpulkan bahwa semua benda akan jatuh jika dilepaskan pada ketinggian tertentu? Pertama, kita ambil botol lalu melepaskannya. Botol tersebut jatuh. Kemudian kita melakukan hal yang sama dengan pensil, sandal, batu, kelereng, topi, dan apel. Ternyata semuanya juga jatuh. Dari berbagai percobaan ini, kita dapat menyimpulkan bahwa semua benda akan jatuh jika dilepaskan pada ketinggian tertentu (induksi). Apakah dapat dipastikan bahwa benda-benda lain pasti akan jatuh jika dilepaskan pada ketinggian tertentu? Tidak. Kita hanya dapat mengatakan bahwa kemungkinan besar benda tersebut akan jatuh juga.
Demikianlah cara kita mengenal hukum-hukum alam pada kegiatan sehari-hari, yaitu dengan cara induksi. Metode induksi ini merupakan metode yang umum digunakan. Berikutnya, kita akan melihat bagaimana sains menggunakan metode ini untuk mengambil kesimpulan.
Sains, Metode Ilmiah, dan Peran Induksi
Syarat suatu ilmu dapat digolongkan ke dalam sains adalah ilmu tersebut dapat dibuktian dengan menggunakan metode ilmiah. Dalam metoda ilmiah ini, suatu hipotesis harus sesuai dengan eksperimen. Pada eksperimen pertama, hipotesis benar (sesuai hasil pengamatan). Pada eksperimen berikutnya, hipotesis tersebut kembali benar. Pada eksperimen berikutnya lagi, hipotesis tersebut masih juga benar. Dan seterusnya. Dari sejumlah eksperimen yang sudah dilakukan ini, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa hipotesis tersebut benar. Ini adalah pengambilan kesimpulan dengan metode induksi. Apakah dapat dipastikan bahwa hipotesis tersebut juga akan sesuai dengan pengamatan pada eksperimen yang dilakukan di waktu mendatang? Tidak. Kita hanya dapat meyakini bahwa hipotesis tersebut kemungkinan besar sesuai dengan hasil pengamatan pada eksperimen di waktu mendatang.
Dengan penggunaan metode induksi sebagai dasar pola berpikir saintifik, berarti masih terdapat kemungkinan bahwa seluruh pengetahuan pada sains adalah salah! Kalau begitu, apakah yang kita pelajari saat ini adalah kesia-siaan belaka? Tentu tidak. Memang benar bahwa kita tidak dapat memastikan bahwa suatu teori/hipotesis itu benar, namun kita dapat memastikan bahwa teori/hipotesis itu belum salah. Ini adalah landasan berpikir saintifik. Selama masih belum ditemukan kesalahan teori tersebut, maka teori tersebut akan selalu dianggap benar.
Sebagai catatan tambahan, sains juga menggunakan metode berpikir deduksi terutama dalam memprediksi suatu kejadian. Teori adalah premis mayornya. Suatu kesimpulan (dalam hal memprediksi) tidak boleh diambil diluar batasan teori/premis mayor ini.
DEDUKSI
METODE BERPIKIR MATEMATIS
Penalaran Matematika
Matematika bukanlah ilmu yang didasari atas percobaan dan pengamatan sehingga membuatnya dibedakan dengan sains. Perhatikan saja, apakah kebenaran 1+1=2 adalah sesuatu yang kita peroleh melalui percobaan dan pengamatan? Tentu tidak. Kebenaran 1+1=2 merupakan sesuatu yang kita terima begitu saja. Kalau begitu, bagaimana sejumlah teori matematika yang pernah ada dapat muncul? Bagaimana tarikan logika agar kita dapat menyimpulkan bahwa suatu teori itu benar secara matematis?
Secara singkat, dapat dikatakan bahwa penalaran matematika dimulai dari diterimanya kebenaran beberapa aksioma. Aksioma adalah suatu kebenaran yang dapat kita terima begitu saja (tanpa ada pembuktian apapun). Contoh: Aksioma bilangan bulat yang diusulkan oleh Guiseppe Peano (1858 - 1932). Aksioma tersebut secara tidak langsung menyatakan bahwa suatu bilangan bulat jika ditambahkan dengan 1 (satu), maka akan menghasilkan bilangan bulat pada urutan berikutnya. Contohnya, jika diambil angka “3″, maka jika angka tersebut ditambahkan dengan “1″, maka akan menghasilkan bilangan bulat berikutnya dari “3″, yaitu “4″.
Teorema matematika diturunkan dari satu atau irisan beberapa aksioma. Kebenaran teorema ini harus dapat dibuktikan berdasarkan hukum-hukum yang berlaku pada aksioma. Dengan kata lain, kesimpulan yang diambil pada pembuatan teorema tidak boleh keluar dari ruang lingkup aksioma yang berlaku.
Contoh teorema: Dua ditambah tiga sama dengan lima. Teorema ini dibuktikan (berdasarkan aksioma bilangan bulat oleh Peano) sebagai berikut:
2 + 3
<=> 2+2+1 (2 merupakan bilangan bulat sebelum 3)
<=> 2+1+1+1 (1 merupakan bilangan bulat sebelum 2)
<=> 3+1+1 (3 merupakan bilangan bulat setelah 2)
<=> 4+1 (4 merupakan bilangan bulat setelah 3)
<=> 5 (5 merupakan bilangan bulat setelah 4)
Sehingga dapat disimpulkan bahwa teorema yang menyebutkan 2+3=5 adalah benar!
Deduksi
Dilihat dari cara penurunannya, kesimpulan yang diambil dalam pembuatan teorema adalah kesimpulan yang sifatnya pasti (tidak spekulatif). Asalkan didasari dengan aksioma yang benar, maka teorema-teorema yang diturunkan juga pasti benar. Inilah sifat matematika: pasti. Disebut apakah cara pengambilan kesimpulan seperti ini? Kita sudah mengenal bahwa pengambilan kesimpulan seperti ini disebut dengan metode deduksi.
Aksioma berfungsi sebagai premis mayor dalam pengambilan kesimpulan. Yang berfungsi sebagai premis minor adalah ruang lingkup yang ingin ditelaah oleh sebuah teorema. Hasil penarikan kesimpulan dari kedua premis ini adalah teoremanya.
Untuk kepentingan praktis, terkadang suatu teorema tidak harus diturunkan dari aksioma tetapi cukup diturunkan dari teorema lain yang sudah dibuktikan terlebih dahulu. Selain itu, juga untuk kepentingan praktis, terkadang pembuktian tidak perlu dilakukan secara lengkap. Bisa saja suatu pembuktian itu membiarkan suatu bagian tertentu belum terbuktikan. Bagian ini disebut dengan lemma. Jika lemma ini ternyata salah, maka gagal lah seluruh pembuktian yang sudah
Sumber : http://wisnuops.net/blog/?p=5
Langganan:
Postingan (Atom)